Gerashiaga pada Sepekan Aksi MeSRA

Haru

Bangga

Bahagia

Campur aduk menyuntikkan semangat baru. Meme yang dibagikan Ibu Enny dari BNPB ini langsung menggantikan video bumper opdning Hari Kesiapsiagaan Bencana. Saya viralkan ke seluruh wag yang saya ikuti. Ini di meme cantiknya

Perempuan Guru Siaga Bencana dan Rumah Jadi Sekolahnya

Perjalanan kampanye dan advokasi yang saya laksanakan bersama keluarga peduli pendidikan mengajarkan saya akan pentingnya pelembagaan sebagai center of excellent. Saya memilih menggelar Sepkan Aksi MeSRA di Bulan Inovasi Sekolah Panutan dengan memulai Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Menjadikan anak mitra dalam penguatan trisentra pendidikan dalam upaya mewujudkan SPAB mendorong saya untuk mendesain ulang Gerashiaga menjadi Giat Edukasi Ramah Anak, Sehat, Hijau, Inklusi, dan Aman Bencana di Keluarga.

Meme cantik dari BNPB di atas membantu saya untuk menghubungkan Gerashiaga dengan fokus BNPB untuk mendorong perempuan menjadi guru siaga bencana. Anak, keluarga, dan sekolah/madrasah ada 3 pilar Sekolah Ramah Anak. Guru menugaskan anak untuk memulai Gerashiaga pada Sepekan Aksi MeSRA dengan mengajak ibunda melaksanakan giat #SiapUntukSelamat di rumah sepulang dari sekolah. Kemudian anak-anak menyajikan aksi tersebut dalam bentuk karya kreatif pada pertemuan orang tua kelas di Hari Pendidikan Nasional. Orang tua bersama guru dan anak menyusun Rencana Aksi MeSRA dan membentuk Paguyuban Orangtua Kelas untuk Anak Lebih Cerdas Berkarakter (Potluck).

Anak belajar menjadi pelopor kebaikan yang sesungguhnya di sekolah dan rumah. Ibunda menjadi guru siaga bencana di rumah. Guru pun memiliki bahan untuk menilai portofolio anak. Mudah bukan? Semua beraksi Gembira bersama KerLiP

Ayo gembira di sekolah dan siaga di rumah bersama SigapKerLiPIndonesia

Catatan Dina: YESSI di SLB G Baleendah Bersama GSB Bersinar SMPN 11, KerLiP, dan SeKAM

Pagi ini menjadi pagi yang sibuk di grup line SeKAM, ya sibuk. Sibuk ngebangunin personil SeKAM yang lain. Meski cara ini gak ampuh 100% tapi 3 dari 8 anggota SeKAM merespon alarm yang dibuat oleh Ksatria ketua SeKAM. Semalam kami berdiskusi akan berangkat bersama dari kampus jam 6.30 pagi karena harus berada di SLB jam 8 pagi. Tetapi, ekspektasi tidak selamanya sesuai dengan realita yang ada. Karena mimpi kami semalam terlalu indah, kami berangkat jam 7.30 pagi. Anggota SeKAM yang hadir ada 5 orang termasuk Ksatria

Jam 8.30 kami tiba di SLB, ini kali kedua saya dan Dita datang ke SLB-G YGMU Baleendah.  Saat kami tiba di Aula ternyata sudah siap anak-anak SLB-G YGMU Baleendah, 29 duta anak dari SMPN 11 Bandung, Teh Fitry, Bu Nia dan Ami. Saat kami membaur kami mencoba berkomunikasi dengan anak-anak dari SLB-G, bisa sih tapi agak sedikit bingung karena saya sendiri ada d itengah anak-anak tuna (aduh, maaf masih nyebut tuna di undang-undang masih tuna -_-) grahita plus rungu. Mereka berkomunikasi dengan melihat gerakan tubuh dan gerak bibir, dalam memberi respon pun saya harus melihat dulu gerak bibir mereka.

Kegiatan hari ini adalah menentukan jalur evakuasi, dari mulai keluar aula lalu menuruni tangga, menyusuri lorong hingga berkumpul ke lapangan. Sebelumnya Fina dkk mengenalkan lagu ‘kalau ada gempa’ dan menjelaskan rambu jalur evakuasi kalau jalur evakuasi berwarna merah itu berarti kita harus hati-hati, kalau yang berwarna hijau itu aman, dan terakhir rambu titik kumpul. Saya menerangkan kembali kepada anak-anak tuna rungu:

hati-hati dengan tangan disilangkan,

aman menunjukan jempol ‘oke’,

titik kumpul tangan membentuk lingkaran menunjukkan lapangan.

Penentuan titik pun dimulai dengan Firdi dan Farhan (tuna grahita) yang mengkoordinir teman-temannya. Pertama, mereka berbaris sambil menyanyikan lagu ‘kalau ada gempa’, lalu mereka berbaris rapi ke luar aula sambil melindungi kepala.  Mereka pun menempelkan rambu jalur evakuasi berwarna merah karena jalur tersebut menuju ke arah tangga. Selanjutnya mereka jalan menyusuri lorong dan menempelkan rambu jalur evakuasi berwarna hijau yang menandakan jalur tersebut aman untuk dilalui dan terakhir mereka berkumpul ke lapangan dan menempelkan rambu titik kumpul disana.

Setelah selesai menentukan jalur anak-anak kembali ke aula, SeKAM, anak-anak SLB-G dan SMP 11 melepaskan rasa narsis kami, yap selfie di aula. Anak-anak SLB-G ternyata sangat senang difoto. Saat kami sedang asyik-asyiknya mengobrol tiba-tiba. “Tringgg… Tringgg…..Gempa….Gempa….” anak-anak berbaris sambil melindungi kepala dan berjalan keluar aula karena jalur yang dilalui tidak terlalu besar mereka pun harus antri yang mandiri berada di depan dan yang memerlukan bantuan bersama duta anak dan SeKAM di belakang. Sampai akhirnya kita di lapangan dan melakukan simulasi jika tidak ada lapangan dengan bersembunyi di bawah meja, tetapi meja disana tidak seperti meja di kebanyakan sekolah kolongnya lebih kecil. Saat simulasi karena seringnya naik turun tangga, Noval dkk yang memiliki hambatan di bagian kaki mereka cepat lelah dan sesekali mereka beristirahat mereka berjalan dengan memegang benda di sekitar karena kekuatan kaki yang tidak seperti orang kebanyakan.

Simulasi selesai waktu sudah menunjukan pukul 11 siang, dilanjutkan dengan testimoni dari Farhan, Raisa, Lala, Alfi, Noval,Cepi (SLB-G YGMU Baleendah) lalu ada 2 orang duta anak SMP 11. Mereka semua senang dalam berkegiatan hari ini mendapat teman baru yang seru, harus melindungi kepala saat gempa, anak-anak dari SLB-G juga menceritakan bencana banjir yang sering terjadi di wilayah mereka. Selesai testimoni anak dan selesailah pula kegiatan pada hari ini.

Eiitt, belum beres. SeKAM, duta anak SMPN 11, teh Fitri, Bu Nia dan Ami melanjutkan sesi selanjutnya yaitu evaluasi dimulai dari kesan pesan dan aksi apa yang ingin diberikan kepada kegiatan selanjutnya dari 29 duta anak salah satunya dari Syahlan “saya merasa senang, beryukur bisa ada disini, disini saya mendapatkan inspirasi mereka (red: anak SLB) bisa semangat dalam keterbatasan sedangkan kita yang lengkap malah bermalas-malasan” dan mereka semua menginginkan kegiatan ini bisa dilakukan di seluruh SLB di Kota Bandung. Setelah mendengar cerita dari 29 duta anak lanjut kepada perkenalan dari 5 anggota SeKAM dan ada saran dari Yurika “kalau bisa sebelum kegiatan diadakan briefing agar satu persepsi saat ditanya oleh anak-anak SLB-G, dan jangan dulu main handphone saat kegiatan”. Lalu Ami yang meminta kegiatan seperti ini  harus terus dijalankan. Semoga, keinginan kami dari anak-anak ini dapat terwujud, amiin….

Sekolah Aman dari Bencana

Kawal Sekolah Aman

Jadilah sahabat Siswa dengan melaporkan tindak kekerasan, pelecehan, perpeloncoan, atau berbagai bentuk kekerasan lainnya di sekolah Anda.

Kutipan di atas muncul dalam beranda sekolahaman.kemdikbud.go.id yang diposting Ninil dalam grup KPB. Saya langsung teringat akan kekhawatiran yang disampaikan Pak Praptono dalam pertemuan perdana kami di Hotel Aston. Seingat saya beliau menyampaikan bahwa kita harus mengawal agar pengertian sekolah aman terkait pengurangan risiko bencana.

Mari kita lihat kembali pengertian sekolah aman dalam Peraturan Kepala BNPB No 4 Tahun 2012 tentang Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana. Ada tiga pengertian yang berhasil disusun BNPB bersama Kemendikbud, Kemenag, Kemdagri, Kempu, Kempppa, BPPT/Kemristek, Lembaga Masyarakat, Perwakilan PBB, dan mitra pembangunan lainnya termasuk anak dan kawula muda, antara lain

  1. Pengertian Umum

Sekolah aman adalah sekolah yang mengakui dan melindungi hak-hak anak dengan menyediakan suasana dan lingkungan yang menjamin proses pembel­ajaran, kesehatan, keselamatan, dan keamanan siswanya terjamin setiap saat.

    2. Pengertian Definisi Khusus

Sekolah aman dari bencana adalah sekolah yang menerapkan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan dan budaya sekolah yang mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan di sekitarnya dari bahaya bencana.

   3. Pengertian terkait PRB

Sekolah aman adalah komunitas pembelajar yang berkomitmen akan budaya aman dan sehat, sadar akan risiko, memiliki rencana yang matang dan mapan sebelum, saat, dan sesudah bencana, dan selalu siap untuk merespons pada saat darurat dan bencana. Dalam pedoman ini, definisi yang digunakan adalah Sekolah Menengah aman adalah Sekolah Menengah yang menerapkan standar sarana dan prasarana serta budaya yang mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan di sekitarnya dari bahaya bencana.

Inisiasi Sekolah Aman dari Bencana di Sekolah Nurul Imam

Saya memutuskan hadir memenuhi undangan pembukaan Nurul Imam Creativity Day untuk memperkuat inisiatif Sekolah Aman dari Bencana yang dimulai Nur Afiatin, Sahabat KerLiP yang menjadi Kepala SMK Nurul Imam. Sekolah yang baru berdiri tahun kedua ini terlihat semarak dengan berbagai piala bergilir yang berhasil diperoleh panitia penyelenggara NICD, antara lain Piala Gubernur Jawa Barat, Bupati Bandung Barat, Amanda Brownies, dan Yayasan Nur Imam. Acara diawali dengan defile Anak-anak SMP dari Kota Cimahi, Bandung Barat, Purwakarta, Kabupaten Bandung yang hadir untuk mengikuti berbagai lomba di bidang olah raga, seni, dan keagamaan.

Nur mengenalkan saya dengan Bu Rita, pembina yayasan yang juga dosen PKK UPI Bandung. Beliau merespon positif saat saya menunjukkan beberapa hal yang perlu diperkuat terkait aksesibilitas fisik dan fasilitas aman di sekolah inklusif ini. “S3 saya di bidang kurikulum, Bu. saran perkuatan fisik akan saya sampaikan kepada suami saya yang ahli teknik sipil dan menjadi pembina sarana prasarana di Yayasan Nur Imam,”kata Bu Rita sebelum beranjak dari tempatnya menyambut tamu dari pemerintah Kabupaten Bandung Barat.  Saya melanjutkan obrolan pendidikan ramah anak dengan ibu-ibu yang mewakili Komite Sekolah khususnya mengenai seruan Ibu Gubernur Jawa Barat yang mengajak ayah bunda menyediakan waktu 20 menit setiap bada magrib untuk bercengkerama dengan anak-anak tercinta.

Semesta Hati Makin Bersinar

“Pak Asep, kita mampir di Semesta Hati ya. Rencana rapat internal di Jakarta sudah Ibu alihkan melalui email, “ujar saya setelah pamit dari Nurul Imam. Lokasi Sekolah Semesta Hati dekat dengan Nurul Imam. Rintisan Labschool Bersinar Semesta Hati sangat penting karena kekhasannya dalam mengembangkan pendidikan khusus, pendidikan inklusif, dan pendidikan layanan khusus. Tawaran Nurul Imam untuk latihan angklung bersama untuk menyiapkan KerLiP Bersinar Happening Art di Graha Manggala Siliwangi bulan Maret 2016 perlu segera ditindaklanjuti.

“Kebetulan sekali Bu, plafon ruang tengah rubuh. Anak-anak jadi makin antusias belajar tentang sekolah aman dari bencana. Keriuhan anak-anak kelas 9 di lantai atas saja bisa menyebabkan sebagian atap kami rubuh, apalagi gempa bumi, “kata bu Ninuk menyambut kehadiran saya. OPeRA dengan Bu Ninuk dan Pak Rian makin hangat dengan berbagai inisiasi terkait Gerakan KerLiP Bersinar, antara lain: Individual Education Program dengan kategorisasi tumbuh, kembang, mandiri yang didefinisikan Zakky saat menjalankan homeschooling di tingkat Sekolah dasar, ragam 20 menit yang memukau, deteksi warna untuk memulai konsultasi anak sebagai bagian terpenting dalam inisiatif Sekolah Ramah Anak, dan penambahan kata hijau dalam kepanjangan Bersinar. Bu Ninuk juga menunjukkan 100 kebiasaan baik, tempat sampah terpilah karya anak-anak dan rencana pembibitan yang akan segera dilaksanakan anak-anak Semesta Hati.

Pak Rian mengajak saya untuk meninjau Pesantren Inklusif Kampung Qur’an Cendekia yang diintegrasikan dengan pendidikan layanan khusus Semesta Hati. Lokasi Pesentren ini lebih dekat ke Nurul Imam. Lansekapnya dan keramahan santri serta ustadz dan ustadzah di pesantren binaan Pak Rian ini memikat hati saya. “Ibu akan menjadwalkan rutin ke sini ya, “kata saya saat berpamitan dengan santri-santri dari berbagai daerah itu. Saya sempat shalat zhuhur berjamaah di saung tempat mereka belajar. Beberapa inisiatif untuk memanfaatkan sarana prasarana di Kampung Qur’ani Cendekia disambut antusias oleh Pak Rian. Saya pulang membawa 2 bungkus keripik takong yang dikemas apik. Insya Allah Semesta Hati makin bersinar ya.

YES for Safer School Innitiative (YESSI) 

Green SMile Inc. adalah badan otonom Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan yang dipimpin Nurul Fitry Azizah merancang dan menyelenggarakan YESSI sejak 2012. YESSI 2016 dilaksanakan dalam rangka Hari Peringatan  Pengurangan Risiko Bencana. Allisa Putri Maryam, Fina, Kamil adalah beberapa duta anak YESSI 2016 yang terus menggiatkan YESSI dalam kerangka Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan (KerLiP) Bersih, Sehat, Hijau, Inklusif, Aman, dan Ramah Anak (Bersinar). Dukungan dan kerjasama dengan Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Kemdikbud memperluas jangkauan KerLiP bersinar ke Sekolah Luar Biasa di Jawa Barat. Kami mengemasnya dengan model sister school melalui mentoring sebaya antara sekolah dan sekolah luar biasa.

Gerakan Siswa Bersatu (GSB) Bersinar SMPN 11 Kota Bandung dalam dampingan Ibu Nia Kurniati memperkuat YESSI di SLB Baleendah Kabupaten Bandung dalam dampingan Ksatria Ratu Dewa. Fitry dan Dina membantu memfasilitasi pemodelan sister school ini  sampai bulan Februari 2016. Kehadiran Amilia Agustin, Ratu Sampah alumni SMPN 11 Bandung memperkuat YESSI menuju SLB Bersinar di SMPN 11 dan SLB Baleendah.

“Kalau ada neng Amilia Agustin memilah sampah menjadi hal penting, demikian juga disela-sela kegiatan YES4SS dalam kegiatan SLB Bersinar. Ajakan memilah sampah tidak harus berupa “perintah”, maka dengan senang hati sahabat muda dari SLB Baleendah pun mampu melakukannya dalam hitungan jari. Semoga mereka tetap ingat cara melakukannya dan orang dewasa disekitarnya termasuk guru dan orang tua membantunya. SayangArlian Puri dan Ria Putri Primadanty tidak bisa hadir,”kata Bu Nia dalam statusnya di fb setelah kegiatan SLB Bersinar.