Cerpen di Akhir Tahun 2015

Kiriman cerpen dari teman pagi ini, selamat menikmati.

Seorang pemuda duduk dgn tatapan kosong di samping telaga. Dia sedang galau dan tidak bahagia.

“Sedang apa kau di sini, anak muda?” tanya seorang kakek yang tinggal di sekitar situ.

Anak muda itu menoleh sambil berkata. ”Aku lelah, Pak Tua. Aku sdh berusaha mencari kebahagiaan, tapi tak kunjung kudapatkan.” keluh si anak muda dengan wajah muram.

“Di depan sana ada sebuah taman. Coba ke sana dan tangkap seekor kupu2.
Setelah itu aku jawab pertanyaanmu,”  kata si kakek.

Meski ragu, anak muda itu pergi juga ke arah yang ditunjuk. 

Tiba di sana, dia takjub melihat taman indah dan kupu2 yang beterbangan.

Si pemuda meng-endap2 menuju sasarannya. Hap..! Sasaran itu luput. Dikejarnya kupu2 ke arah lain. Hap..! Lagi2 gagal. Dia berlari tak beraturan, menerjang rumput, tanaman bunga, semak. Tapi, tak satu pun kupu2 berhasil ditangkapnya.

Si kakek berkata, ”Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Sibuk berlari ke sana kemari, menabrak tak tentu arah, bahkan menerobos tanpa peduli apa yang kamu rusak? 

Nak, mencari kebahagiaan layaknya menangkap kupu2. Tidak perlu kau tangkap fisiknya, biarkan kecantikannya memenuhi alam semesta ini. Tangkaplah keindahan warna dan geraknya di pikiranmu dan simpan baik2 di dalam hatimu.

Kebahagiaan bukanlah benda yg dapat digenggam dan disimpan. Ia tidak ke mana2, tapi ada di mana2..
Peliharalah baik2, munculkan setiap saat dengan rasa syukur maka tanpa kau sadari kebahagiaan itu akan sering datang sendiri.”

Kakek itu mengangkat tangannya. Tak lama, seekor kupu2 hinggap di ujung jari dan mengepakkan sayapnya, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.

Kebahagiaan sesungguhnya tdk jauh, dia ada di setiap hati yg selalu bersyukur. Tdk perlu mencari biarkan dia “datang” sendiri.

Kita sdh sampai di penghujung akhir tahun 2015 dg penuh syukur, selamat menyongsong dan menapaki tahun 2016 ..smg Allah SWT senantiasa melimpahkan kesehatan..keselamatan.. kebahagiaan..rezeki yg lapang dan barokah..Aamiin YRA..🌷🌹🌺🌻

Penghuni Langit itu Bernama Uwais Al Qarni

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka’bah. “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” Uwais berdoa di Baitullah “Bagaimana dengan dosamu?” tanya ibunya heran. Uwais menjawab, “Jika Allah mengampuni dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah bagiku ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga.”

Subhanallah, Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais yang mengidap penyakit sopak pun sembuh. Belang-belaag di badannya sirna, hanya tertinggal 1 bulatan putih. Bulatan inilah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.

Rasullah SAW berpesan kepada kedua sahabat utama ini, “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dibesarkan di Yaman dan muncul di zamanmu.Carilah dia dan mintalah dia menolong kamu berdua.”

“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menyayangi Ibu

Uwais Al-Qarni sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh dan buta. Ia bekerja menggembalakan domba-domba milik tetangganya untuk menafkahi hidupnya bersama ibunda tercinta. Pemuda miskin ini tak segan membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan.

Uwais Al-Qarni terkenal taat beribadah. Penyakit sopak membuat tubuhnya cacat. Namun demikian, hal ini tidak menghalangi Uwais untuk berbakti kepadanya Ibunya. Pemuda sholeh ini senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya.

“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi. Ibu ingin sekali melaksanakan inadah haji,” pinta Ibunya suatu hari. Perjalanan ke Mekkah sangat jauh dan melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Uwais sangat miskin dan tak memiliki unta. Ia berusaha keras mencari jalan keluar.

Uwais membeli seekor anak lembu. Ia membuatkan kandangnya di puncak bukit. Setiap pagi Uwais bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. “Uwais gila.. Uwais gila…” kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi permintaan ibunya.

Rindu Rasulullah

Alangkah sedih hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangga yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, sampai ke telinga Uwais Al-Qarni. Masya Allah, Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah!

Kecintaannya kepada Nabi Muhammmad saw begitu besar, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw sudah semakin dalam. Ia ingin bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat. Ia rindu mendengar suara Nabi saw. Kerinduan ini membuat Uwais ingin segera pergi ke Madinah. Tapi ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh. Hatinya tak tega meninggalkan ibunda tercinta. Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.

Akhirnya, kerinduan kepada Nabi SAW tak tertahankan lagi. Ia mengeluarkan isi hatinya dan mohon ijin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni merasa terharu mendengar permohonan anaknya dan berkata, “Pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Segeralah kembali pulang bila sudah bertemu Rasulullah saw.”

Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas menyiapkan keperluan ibunya serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Ia pun berangkat menuju Madinah dengan restu ibunda.

Taat kepada Ibu

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga di kota madinah. Ia mengetuk pintu rumah Nabi SAW sambil mengucapkan salam. Keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi SAW yang ingin dijumpainya. Ternyata Nabi sedang pergi berperang. Betapa kecewanya hati Uwais. Besar keinginannya untuk menunggu kedatangan Rasulullah SAW dari medan perang. Tapi kapankah Rasulullah pulang? Masih terngiang di telinganya pesan ibunda yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman.

Akhirnya, pesan ibunxa mengalahkan hasratnya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Uwais Al-Qarni pun pamit kepada Siti Aisyah ra. Ia menitipkan salam rindunya untuk Nabi saw.

Peperangan telah usai dan Nabi SAW pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menerima pesan dari Siti Aisyah ra . Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman untuk merawat ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan. Nabi Muhammad SAW melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah talapak tangannya.” Sesudah itu Nabi SAW memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “Suatu ketika apabila kalian bertemu dengannya, mintalah doa dan istighfarnya. Uwais adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Bertemu Uwais

Khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni..Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.

Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, Khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di kemah Uwais, Khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Khalifah Umar ra melihat tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Khalifah Umar ra dan Ali ra langsung menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

Uwais baru bisa turut bersama rombongan kafilah dagang ke Madinah setelah ibundanya wafat. Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do’a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan berkata kepada Khalifah, “Saya lah yang harus meminta do’a kepada sahabat Nabi SAW.” Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar seperti pesan Rasulullah sebelum wafat.” Tanpa berpikir panjang Uwais mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfa untuk keduanya. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Subhanallah. Uwais menolak pemberian Khalifah dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Wafatnya Uwais

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebut memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Meninggalnya Uwais Al-Qarni menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang keberadannya. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar kisah Uwais Al-Qarni, penghuni langit.

Masya Allah

Kabar GeMBIRA

Keasyikan beres-beres kerjaan yang tertunda di rumah sampai lupa jadwal koordinasi di tempat kerja di Jakarta. Tak ayal lagi terima berbagai pertanyaan seputar koordinasi tanpa tatap muka dengan para manajer. Alhamdulillah komunikasi via email didukung wa dan sms cukup efektif. Beberapa keputusan sensitif terpaksa diambil segera untuk memenuhi kewajiban kepada pihak lain.

Keluarga Peduli Pendidikan di Kelas Digital

image

OPeRA on fb dengan bu Nia kembali hadir di hari Senin. Gerakan keluarga peduli pendidikan di kelas digital yang dibina bu Nia memanfaatkan Edmondo dan sms. Saya sangat gembira membaca status bu Nia pagi ini yang menunjukkan penguatan praktik baik dalam menerapkan prinsip kepentingan terbaik anak.

Kelas apa pun di tangan guru pembaharu seperti Bu Nia insya Allah akan membuat anak-anak senang belajar. Apalagi ibu-ibu di kelas digital SMPN 11 Bandung ini mengedepankan sikap kritis, kreatif, dan peduli. Efektivitas partisipasi keluarga peduli pendidikan di kelas bu Nia terlihat dari prestasi dan semangat belajar anak-anak yang luar biasa. Mereka siap untuk menjadi Duta Anak YES4SaferSchool dan menjalankan mentoring sebaya untuk mewujudkan SLB Bersinar di SLB Kasih Ibu.

ELSI Untuk Keluarga Peduli Pendidikan

Kegembiraan saya makin bertambah hari ini. Salah seorang sahabat KerLiP merespon dengan baik tawaran kerjasama untuk menyediakan 22 paket ELSI bagi keluarga-keluarga peduli pendidikan di Jawa Barat. Kami sepakat untuk mendalami mekanisme kerjasama penyediaan sumber belajar berkualitas untuk mendidik karakter anak bangsa dengan literasi sejarah pembentukan bangsa.

Kemitraan khas yang kami bangun tumbuh bersama semangat perubahan yang lebih baik dalam tata hubungan public-private-partnership. Peluang untuk memperkuat gerakan keluarga peduli pendidikan yang sedang kami sebarluaskan menjadi KILAUNusantara makin terbuka.

SAnDI KerLiP

Sekolah Anak Mandiri berbasis Keluaega Peduli Pendidikan (SAnDi KerLiP) masih relevan untuk dikembangkan sebagai wahana untuk bermain dan belajar bersama memanfaatkan waktu luang di ruang-ruang publik terpadu ramah anak.

Kang Budhiana mentor saya di Karisma menunjukkan situs gandengtangan.org. saya langsung mengenalkan SAnDi KerLiP melalui formulir yang tersedia di situs tersebut. Banyak hal menarik di dalamnya. Sebelumnya saya merasa bangga bisa diterima di kitabisa.com untuk program GeMBIRA di Sekolah. Sayang sekali saya tidak menemukan cara yang tepat untuk mempromosikan program tersebut.

Fitry langsung mempelajari model voucher yang saya beli saat menunggu hujan reda di Alun-Alun Bandung. Kami sepakat untuk mengembangkan model voucher cashback Binar,SAnDi KerLiP dan produk-produk Sahabat KerLiP lainnya untuk ditawarkan dengan model buku voucher.

Geliat Sahabat KerLiP di Priamgan Timur

Alhamdulillah, malam ini ditutup dengan kabar gembira dari Pangandaran yang disampaikan Sahabat KerLiP. Ia juga menjelaskan tentang rencana menjangkau Priangan Timur dengan model kerjasama yang ditawarkan KerLiP.

Insya Allah sahabat-sahabat KerLiP siap tumbuh bersama demi kepentingan terbaik anak.