Ibu Sari Membangun Basis Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan Kota Bandung

Cafe Ilmu GeMBIRA di Dago Car Free Day menjadi saksi pertemuan perdana kami dengan sosok perempuan yang hebat ini. Ibu Sari, begitu saya memanggilnya, mendampingi kedua putrinya, Nabila dan Syahna yang saya ajak untuk bergabung di Ruang Kreativitas Anak tersebut. “Saya harus tahu dulu, Bu, siapa yang mengajak anak-anak saya beraktivitas, “kalimat yang disampaikannya berkali-kali itu konsisten dengan perjalanannya tumbuh bersama Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan.

image

Memperjuangkan Hak Anak Bersama Anak-Anak Tercinta

Saya dan Fitry, berkomitmen untuk menyisihkan pendapatan kami untuk memulai fellowship KerLiP dengan memberikan beasiswa gerakan kepada keluarga peduli pendidikan penerima anugerah KILAUNusantara. Penerima anugerah perdana versi kami berdua adalah Nurasiah Jamil (Aas) yang menjadi volunteer KerLiP sejak lulus dari Akademi Kebidanan. Kami berdua memberikan dukungan sejumlah dana kepada Aas agar dapat mewujudkan impiannya untuk Indonesia Sehat Semua dengan menumbuhkembangkan Rumah Cita Kita bersama teman-temannya.

Istilah Keluarga Idaman Lahirkan Anak Unggulan yang kemudian diperbaiki menjadi Keluarga Idaman Lahirkan Anak Unik atau KILAUNusantara nampaknya sangat pas dilekatkan kepada Bu Sari sekeluarga.Keunikan Syahna dan Nabila, kakak beradik pejuang hak anak yang tak henti mengukir prestasi ini keren banget. Pengasuhan ayah bundanya yang luar biasa memikat hati. Saya mengapresiasi keluarga hebat ini dengan meminta Pak Gunandar, suami Bu Sari untuk menjadi Direktur KerLiP pada tahun 2015. Namun rencana ini terpaksa batal karena usaha yang dirintis keluarga kami baru dimulai. Apalagi kemudian manajemen Wisma Kodel yang baru meminta kami segera keluar dari ruang yang sudah kami tempati atas kebaikan almarhum Apa Utomo Dananjaya sejak 2005.

Anugerah KILAUNusantara kembali kami perdengarkan dengan model fundraising melalui penjualan Ensiklopedia Lintas Sejarah Indonesia dalam Literasi Visual. Inisiatif ini belum terprogram dengan baik karena berbagai keterbatasan. Saya dan Fitry akhirnya sepakat untuk menyerahkan 1 paket ELSI kepada Nabila sebagai salah satu Duta Anak YES for Safer School atas upayanya bersama ibunda tercinta melakukan Safari GeMBIRA di SDN Merdeka dalam program yang didukung oleh Direktorat Pembinaan PKLK Dikdasmen Kemendikbud. Selain itu, kami juga memberikan kesempatan kepada Nabila dan Allisa untuk mewakili KerLiP di World Conference of Disaster Risk Reduction di Sendai Jepang dengan dukungan penuh dari Direktorat Pembinaan SMP Kemendikbud pada tahun 2015.

Bu Sari yang Rendah Hati

Waktu kecil, almarhumah ibu selalu memuji saya dengan istilah “tangan dingin” karena setiap menanam di halaman rumah pasti tumbuh subur. Kepiawaian Bu Sari untuk mendampingi Teh Iwang selama bekerja di KerLiP serta beragam kegiatan penting yang berhasil dilaksanakannya di Bandung mengingatkan saya pada istilah tersebut. Keputusan bu Sari untuk tidak bekerja di luar rumah dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya sebagai alumni Planologi ITB untuk mendidik, merawat, mengasuh kedua putrinya tanoa bantuan asisten menempatkan Bu Sari sebagai ikon yang pantas mewakili KerLiP di Direktorat Bindikel.

Inisiatif Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan indonesia muncul dari pertemuan kami dengan Pak Hary, Bu Elvyra dan Dahrina. Ketiganya dibawa bu Sari menyampaikan pengaduan PPDB 2014 ke Perkumpulan KerLiP. Sebelumnya Bu Sari membantu anak-anak lulusan SMP yang mengalami hal serupa dengan Syahna dan mendapatkan koreksi nilai UN Bahasa Indonesia yang menentukan keberlanjutan sekolah mereka. Bu Sari pun resmi mewakili KerLiP Bandung di GMPP Indonesia untuk memperjuangkan pemenuhan hak anak atas pendidikan ramah anak, bermutu, bebas pungutan yang dikemas Bu Sari dengan istilah Panutan. Saya dan Zamzam, Tim Litbang KerLiP membawa semangat Panutan ke Riau atas dukungan para perintis Gerakan Indonesia Pintar.

image

Peluncuran Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan Bersinar di SLBN Cicendo pada tanggal 18 Desember oleh Ketua P2TP2A Jawa Barat,Ibu Netty Prasetyani dan Rapat Koordinasi Pembentukan Sekretariat Bersama Pemenuhan Hak Pendidikan Anak pada Hari Ibu, 22 Desember 2016 terlaksana berkat tangan dingin Bu Sari. Pengawalan roadmap KerLiP di Direktorat Bindikel diserahkan sepenuhnya kepada Bu Sari sampai ke Kuala Lumpur bersama tokoh-tokoh Bindikel. Bu Sari juga yang menjalankan tawaran WVI dengan tim ASSI kepada KerLiP untuk melaksanakan roadshow sekolah aman bencana dan pelatihan fasilitator SMAB bagi guru di kota Bandung. Sebelumnya Bu Sari juga melaksanakan Safari GeMBIRA bersama forum anak di SMAN 15 Bandung, SD Plus Marhamah Hasanah dan SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung serta SDN Merdeka Bandung.
Beragam portofolio yang hebat ini makin terasa bermakna dengan kerendahhatian Bu Sari membangun basis Getakan Keluarga Peduli Pendidikan Bersinar di kota kelahirannya Bandung tercinta.

Selamat bekerja demi kepentingan terbaik anak bangsa ya Bu

image

#Bangga Menjadi Bagian dari Keluarga Besar KerLiP

Menutup Tahun 2015 Dengan KerLiPan



Saya adalah ibu yang sangat bahagia dan bangga dengan karier saya sebagai  ibu rumah tangga .  Satu demi satu rencana dan target yang saya, suami dan anak anak susun alhamdulilah  dapat dilampau.  Semua itu berjalan dengan “cukup sempurna” selama 17 tahun pernikahan kami.

Pada bulan Juni 2014 saya bertemu dengan Ibu Yanti KerLiP.  Saat itu Ibu Yanti membantu saya dalam memperbaiki kesalahan nilai UN Bahasa Indonesia anak-anak SMP Negeri 7 Bandung. Sejak saat itu cukup intens juga kami bertemu dalam berbagai kesempatan.

Hingga akhirnya Agustus 2014 adalah waktu saat saya merasa yakin ingin Keluar dari Zona Nyaman saya di rumah dan bergabung dengan KerLiP Bandung.  Keasyikan  berprofesi sebagai  ibu rumah tangga membuat saya tidak terlalu yakin akan kemampuan saya.  Bu Yanti KerLiP memberi keyakinan bahwa saya memilki kemampuan dan kekhasan sebagai seorang ibu rumah tangga. Berkali kali-kali Ibu Yanti berkata bahwa Praktek Baik yang sudah  saya sudah lakukan   di keluarga harus “ditularkan” pada banyak keluarga di Indonesia. Dan ini dibuktikan oleh bu Yanti dengan menempatkan saya sebagai wakil KerLiP untuk membantu Direktorat Pendidkan Keluarga  Oktober 2015 hingga sekarang. (baca # Bangga Menjadi Bagian dari Keluarga Besar KerLiP  … Bertemu dengan banyak pakar parenting)

Pada awal bergabung dengan KerLiP kesulitan utama saya adalah “berlari” mengikuti pemikiran Ibu Yanti yang dalam hitungan detik dapat mengeluarkan banyak Ide yang diluar dugaan.  Rentetan kalimat yang terkirim  via BBM, WA dan Email membuat saya terkaget kaget bahkan sedikit syok dan memiliki PR baru untuk dipelajari.  Kesulitan kedua adalah pembagian waktu.  Walaupun Suami dan anak anak tidak pernah komplain namun komitmen pribadi pada keluarga membuat saya sangat sulit membagi waktu dan ini   membuat beberapa kegiatan KerLiP tidak dapat saya ikuti.   Namun seiring dengan berjalannya waktu kedua kesulitan tersebut Alhamdulilah dapat diatasi.
Terimakasi Ibu Yanti KerLip …atas kesempatannya …saya merasa nyaman serta Bangga menjadi bagian dari Keluarga Besar KerLiP dalam memperjuangkan berbagai hal dengan berprinsip pada kepentingan terbaik anak anak Indonesia.

Saya menutup tahun 2015 dengan berbagai KerLiPan yang sangat bermakna besama Keluarga Besar KerLiP

EKASARI WIDYATI ST. Ibu rumah Tangga, Ibu dari Syahna Rahmah F dan Nabila Ishma N,  KerLiP Bandung

Piknik di Bandung

Ama tiba di rumah di penghujung tahun 2015. Ia menyetir sendiri dari Jakarta selepas kerja setengah hari. Tak lama kemudian Inong menyusul membawa persediaan makan kami bertiga di rumahnya. Piknik di Bandung lebih asyik dengan kuliner. Bertiga kami mencicipi 3 paket makan malam di De Kiosk’me-nya Wendi, sahabatku di Fa88, yang baru Grand Launching Tahun Baru 2016.

image

Tertidur

Ajakan Nur Rina teman Inong lewat, foto bareng di Taman Vanda terhambat pilihan jalan, bahkan rencana nikmati langit Bandung bertabur percikan kembang api dari loteng Inong pun tak kesampaian. “Feel likes home ya, “kata Inong. Ama dan aku langsung merebahkan diri di atas sofa. Barang-barang di atasnya sudah tersingkir. Entah kapan Inong menghamparkan kasur depan TV. Tahu-tahu pas aku terbangun lewat tengah malam melihat Ama dan Inong tidur.

“Kalian mah, padahal suara petasan dan terompet bergantian di TV dan dari kejauhan, “Inong menghardik kami yang tertidur di malam tahun baru 2016. Aku terbangun, mandi, dan menikmati sarapan buah dan batagor yang dihangatkan Inong. Nikmatnya.

Nyonyah Inong

Sopir spesial sudah siap membawa Nyonyah Inong dan aku jalan-jalan. “Jadi kita kemana nih?” tanya Ama dengan sabar. “Kayaknya Tenno keterusan manggil nyonyah karena ada teman yang selalu menyampaikan alasan terlambat hadir suka menyebut dirinya Ijah bla bla bla, “jelas Inong sambil menunjukkan jalan yang dilalui Ama.

Inong berkali-kali memberikan beberapa alternatif jawaban setiap kali ditanya Ama mau ke arah mana. “Ayo Nong. Berani ambil keputusan. Hampir tanpa resiko koq! “seruku dari kursi belakang. “Ama dengan senang hati ikuti Inong kan?”tanyaku pada Ama. “Aku bukan peragu, tapi penuh pertimbangan, “kata Inong. Jawaban Inong jadi pintu masuk obrolan yang lebih serius. Inong yang baik hati, penyayang, dan penuh pertimbangan, masih belum menemukan pasangan hidup. “Sekali ini Nong, berani gagal berani mencoba, tapi yakinkan diri dulu kalau Inong sangat menginginkan menikah,”akhirnya kalimat ini meluncur juga dari pikiranku.

Menikmati Liburan

“Yaah…kirain Inong pernah ke Puncak Bintang!” seru Ama sambil  tancap gas. Jalan sempit dan mendaki sepanjang 10 km berhasil ditaklukkan Ama dengan mulus. Bukit Bintang sudah dipenuhi anak-anak muda berpasangan. Beberapa keluarga juga terlihat membawa anak-anak mereka bahkan yang masih bayi.

Alhamdulillah hujan baru turun setelah kami selfie di Puncak Bintang dengan kamera HP Ama yang canggih. Ama benar-benar hebat. Ia membawaku dan Inong langsung ke Diva di jalan Sumatera. Huda turun di pintu gerbang rumahnya. Hujan yang mengguyur Kota Bandung tidak mengurungkan niat nyanyi bareng di tempat karaoke. Ama juga berbaik hati mencarikan lagu-lagu favorit untuk kami nyanyikan selama 2 jam di Diva.

image

Selfie di Almamater

Keuntungan terbesar piknik di Kota Bandung adalah kesempatan untuk selfie di SMAN 3 dan ITB, tempat kami bermain dan belajar bersama. Niat  sarapan di Sari-sari terpaksa dialihkan. Sari-sari, Moms kitchen dan beberapa tempat makan favorit warga Bandung masih tutup. Kami pun memilih sarapan di Two Cents. Mug titipan Andri pun diabadikan disana. Sayang sekali Oding-panggilan akrab Andri, sudah sarapan di tempat lain

 

SMAN 3 Bandung terletak di jalan Belitung No.8, hanya 10 menit dari tempat kami sarapan. Satpam sekolah mengijinkan kami untuk berselfie ria di almamater. Inong menata gaya di beberapa sudut yang menarik untuk diabadikan.

 

Setelah puas selfie di sekolah, kami mengantar Inong ke lokasi proyeknya di Ciumbuleuit. Apartemen Parahyangan berlantai 31 sudah berdiri tegak di Bandung Utara. “Semuanya sold out dalam waktu 6 bulan lho!” Kata Inong saat mengajak kami naik ke lantai 26. Tentu saja selfie dengan latar belakang Bandung di waktu pagi tak terlewatkan.

Hari ini, aku dan Ama menikmati layanan pijat Bersih Sehat di Jl. Tirtayasa. Inong bekerja setengah hari. Ama mengajakku selfie di area Teknik Lingkungan, tempatnya kuliah sambil menunggu Inong. Kami bertiga kembali bertemu di depan pitstop ITB88 di kampus biru. Ama penasaran mengajak kami selfie depan Aula Barat dan Timur.

Piknik 2 hari di Bandung kami tutup dengan makan siang di Rasa. Hujan deras di luar restoran membuat kami enggan beranjak keluar. Akhirnya Ama dan Inong kembali ke rumah masing-masing dari rumahku di Kanayakan. Seluruh file lagu favorit Ama sudah disimoan di flash disk khusus sebelum kedua sahabat dekatku pamit.