Mengembalikan Jiwa Guru Kita kepada Fitrah

Umat Islam baru saja menyelesaikan ibadah shaum bulan Ramadhan. Ucapan selamat idul fitri 2017 pun bertebaran di media sosial. Lebih dari 100 sms dan wa masuk sejak H-2 sampai H+2 Idul Fitri 2017. Alhamdulillah harapan untuk bisa kembali kepada fitrah kita yang suci makin bermakna sejak kembali terhubung melalui media sosial. Semangat yang sama juga muncul pada saat yang bersamaan untuk mengembalikan jiwa guru kepada fitrah anak bangsa yang penuh rasa ingin tahu dan tak ragu mengekspresikan kegembiraannya bermain dan belajar bersama teman sebaya di sekolah/madrasah.

Pesan terusan dari sahabat guru di SMAN 8 Bandung saya abadikan disini dengan beberapa penyesuaian untuk menggugah kembali kesadaran kritis kita tentang hal terpenting dalam mendidik anak bangsa.

Continue reading “Mengembalikan Jiwa Guru Kita kepada Fitrah”

Memulai Penerapan SRA di Maluku Utara

Jalan menuju bandara Soetta tanpa hambatan berarti malam itu. Saya tiba di Terminal 2F sebelum pukul 10 malam. Sayang sekali charger HP yang dibawa dari rumah tidak berfungsi sama sekali. “Abdi calik diantawis counter Garuda sareng Gate 4 ya Bu. Batere HP kantun 1% teu nyandak powerbank, “pesan ini terkirim ke Bu Elvi persis sebelum HP mati.

HP yang sudah hampir mati perlahan menghisap energi yang tersisa dari laptop yang saya pangku. Sebelumnya saya minta print tiket di counter Garuda. Tak lama kemudian saya melihat Putri di bangku depan. Bu Elvi, Pak Agus, Pak Soleh datang menyusul. Kami siap terbang pukul 01.40 ke Ternate untuk memfasilitasi Pelatihan SRA bagi pendidik dan tenaga kependidikan di Ternate dan Halmahera Barat.

Semangat Advokasi

“Teh, langsung dibawa kesana aja ya, Insya Allah ibu pulang membawa materi yang diperlukan”kata saya kepada putri sulung kami tadi siang sambil memeluknya pamit. Saya beruntung mendapat kesempatan emas untuk mengawal pemenuhan hak pendidikan anak sampai ke daerah-daerah tertinggal, terpencil dan terdepan di seluruh pelosok Nusantara.

Kemitraan khas yang terjalin antara Perkumpulan KerLiP dan Kempppa sejak mengawal Sekolah Madrasah Aman Bencana tahun 2011 memungkinkan saya untuk bekerja sambil menikmati indahnya zamrud khatulistiwa. Asdep Pemenuhan Hak Anak Atas  Pendidikan, Kreativitas, dan Budaya,  Deputi Tumbuh Kembang Anak Kempppa berkomitmen penuh menjalankan good governance dalam setiap tahap kegiatan. Tak heran jika kami menikmati rasa keberlimpahan tumbuh pesat dalam kampanye dan advokasi sampai sekarang. “Bu Yanti mitra tetap kami untuk mengawal SRA dan RKA menuju KLA, “kalimat ini disampaikan bu Elvi setiap kali mengenalkan saya kepada mitra di daerah.  

Kini sudah ada 912 Sekolah Ramah Anak dari 82 Kota/Kabupaten di 7 Provinsi yang kami fasilitasi bersama Kempppa melalui Sosialisasi dan pelatihan SRA menuju Kabupaten/Kota Layak Anak. Kegiatan ini sudah menjangkau ribuan guru, kepala sekolah, orang tua, peserta didik dan tenaga kependidikan.

Foto: Refleksi 1 tahun kampanye Sejuta Sekolah dan Rumah Sakit Aman, 27 Juli.2011.

Bu Elvi yang Ceria

Penerapan Sekolah Madrasah Aman Bencana dalam Kerangka Gerakan Sekolah Ramah Anak menjadi materi khas Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan. Peserta pelatihan  biasanya kami ajak untuk menyanyikan jingle evakuasi gempa. 

Kalau ada gempa, lindungi kepala

Kalau ada gempa, jauhilah kaca

Kalau ada gempa, bersiaplah antri

Berbaris keluar kumpul di lapangan

Energi kebaikan memancar dari tawa riang  Bu Elvi bersama para peserta pelatihan mendorong semua orang gembira bersama KerLiP menghilangkan rasa lelah dan kecewa melihat ketidaksemangatan pelaksana di daerah. Tidak ada yang menghalangi kami untuk menyemangati 120 peserta pelatihan SRA.

Menuju Jailolo

Speedboat merah bermesin 2 buah itu cukup tangguh menerjang ombak di Laut Ternate. “Ini perahu langganan Pemkab Halmahera Barat, meski ombaknya sedang besar insya Allah tetap aman, “ujar Bu Nona yang duduk di sebelah saya. Cuaca sedang tidak begitu bersahabat saat kami menyeberang ke Jailolo Selatan sore itu. Pengalaman yang cukup menegangkan ini membuat kami jadi lapar.

Air mineral dalam kemasan membasahi kerongkongan kami saat magrib tiba dengan  pisang dan tahu goreng yang dibeli Bu Elvi di seberang Ternate Mall. Ikan bakar  dengan sambal segar khas Jailolo memenuhi perut kami. “Daging ikannya cakial banget, “ujar saya kepada bu Elvi sambil seuseuhah karena cabe rawit yang super pedas tergigit.

Bu Elvi duduk di antara saya dan Asda 1 Pemkab Halmahera Barat. Pelatihan SRA bagi pendidik dan tenaga kependidikan di Jailolo.adalah tindaklanjut dari Deklarasi KLA yang dilaksanakan Bupati Halmahera Barat yang dihadiri Ibu Meneg PPPA bulan Mei lalu. “Kami sudah menyelenggarakan pertemuan dengan 120 Kepala Sekolah sebagai persiapan pelatihan ini. Piloting di 4 sekolah model siap dilaksanakan bersama 100 sekolah dalam tanggung jawab kami. Kami akan pastikan Gerakan Sekolah Ramah Anak ini dalam penyusunan RKAS 2016-2017, “kata Pak Sony, Kadisdik Halmahera Barat dalam pertemuan semalam di lobby Hotel D’Hoex.

Paparan Kadisdik Kab Halmahera Barat menyampaikan Kerangka Strategis mengadopsi paparan Mendikbud. “Saya sangat mengidolakan Bapak Anies Baswedan yang sangat memahami karakteristik sampai ke desa-desa.”

Halmahera Barat merupakan kabupatem terluar dengan 176 desa. Ada 75 PAUD 175 SD (31 dikelola oleh masyarakat), 66 SMP. Ada 16.000 anak usia dini baru 3.000 anak yang terlayani. Jumpah murid SD 16.000 anak SMP ada 6.000 anak berarti ada 10.000 anak dari keluarga tidak mampu yang belum terlayani. Apakah terlalu mahal atau terlalu kasar cara mendidik kita. Kami akan mereviu RAPBS semua sekolah. 10.000 anak ini akan dicari dan dilayani dengan pendidikan bermutu yang mencerdaskan. Beberapa kata dan slide yang diadopsi oleh Pak Kadis, a.l:

Sekolah Sebagai Taman.

Guru adalah kunci.

Orang tuau pendidik pertama dan utama. Pendidikan sebagai gerakan.

Sudah 2 kali didemo karena pungutan dan putusan komite yang bertentangan dengan publik. Bergerak secara bersama-sama pendidikan murah yang terjangkau.

1. Memberdayakan pekaku pendidikan dan budaya

– Ada beasiswa 1.020 guru untuk peningkatan kualifikasi guru menjadi S1/D4

– Percepatan atau menghitung angka kredit

2. Memberdayakan pelaku budaya masuk ke sekolah melalui seni dan budaya serta mulok.

5. Memperkuat keluarga sebagai pendidik utama dan pertama

6. Memperjelas pembagian kewenangan Daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan PAUD-Dikmas

Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti di SRA Khazanah SMAN Libels

Film yang ditayangkan Pak Iriansyah di facebook mendapat sambutan antusias dari berbagai kalangan. Alumni-alumni Libels Bandung pun menyatakan kebanggaannya bersekolah di almamater mereka. Sekolah yang didampingi KerLiP Bandung melalui Safari GemBIRA bersama Forum Anak Kota Bandung ini menerima bantuan SRA dari BP3AKB Jabar pada tahun 2014. Kami membawa praktik-praktik baik di SMAN 15 Bandung yang dipimpin langsung oleh Pak Sugiarto, kepala sekolahnya, dalam setiap kesempatan sosialisasi SRA. Film ini melengkapi materi KIE terkait SRA dan mengukuhkan SMAN Libels sebagai model Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti dari Kemendikbud. Pak Ir adalah guru BK yang menjadi PKS Kesiswaan saat bantuan dari Pemprov Jabar disampaikan yang tetap konsisten mengawal penerapan SRA bahkan setelah berhenti menjadi PKS Kesiswaan.

image

Kemitraan Khas KerLiP dengan BP3AKB Jabar

Sejak hadir memenuhi undangan BP3AKB Jabar mewakili Kempppa dalam kegiatan sosialisasi SRA di Garut, KerLiP mendapat kehormatan menjadi mitra lembaga masyarakat dalam percepatan KLA di Jabar khususnya kluster IV. Bu Nenny Kepala BP3AKB Jabar saat itu mempercayakan penyusunan naskah akademik Ranperda Jabar tentang Percepatan KLA. Proses penyusunan yang dipimpin Ibu Diana Handayani bersama tim Litbang KerLiP ini menyertakan seluruh SKPD dan dikonsultasikan langsung ke Deputi Tumbuh Kembang Anak Kempppa. Konsultasi publik naskah akademik ini dilaksanakan bersamaan dengan sosialisasi Perda Ketahanan Keluarga.

Gerak cepat Bu Dian Kabid KPA BP3AKB memungkinkan saya menyampaikan praktik-praktik baik termasuk SRA di SMAN 15 saat menjangkau seluruh kota/kabupaten yang bergegas untuk diajukan dalam penilaian KLA tahun 2017 yad. Saya mewakili KerLiP bersama ahli dari Unpad dan IPB mendampingi Bu Dian memfasilitasi 27 Kota/Kabupaten di Jawa Barat untuk mengisi instrumen penilaian KLA terkait penganugerahan KLA dari Gubernur Jabar yang akan dilaksanakan 2016.

Kemitraan khas KerLiP di tingkat nasional sebagai mitra Asdep Pemenuhan Hak Anak Atas Pendidikan, Kreativitas, dan Budaya Deputi TKA Kempppa, Direktorat Pembinaan PKLK Ditjen Dikdasmen Kemendikbud, dan anggota Tim Pokja TPPO KTPA Kemensos memungkinkan kami untuk memperkuat inisiatif BP3AKB Jabar dan menjangkau kluster V perlindungan khusus. Inisiatif Sekretariat Bersama Pemenuhan hak Pendidikan Anak pun muncul dalam pendampingan penguatan Gugus Tugas KLA Kluster IV di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Undangan menjadi salah satu narasumber dalam penyusunan materi KIE untuk menggiatkan Gerakan Jabar melawan Kejahatan Seksual Anak yang diselenggarakan Bappeda mengukuhkan kemitraaan khas KerLiP dengan BP3AKB Jabar.

Meskipun sempat diwarnai conflict interest terkait “kepemilikan” SMA Libels sebagai percontohan SRA Jabar dan Nasional, saya dan tim Litbang KerLiP tetap memandang perlu untuk menyampaika praktik baik mereka dalam setiap kesempatan termasuk saat menyusun bahan presentasi Kadisdikprov Jabar dalam kegiatan talkshow pada peringatan Hari PRB di Surakarta. Beberapa kali Pak Ir dan Duta Anak di SMAN 15 Bandung kami undang untuk menyampaikannya langsung dalam Rapat Penyusunan Modul ToT SRA, Panduan SRA di Direktorat PSMA, dan Pembuatan Film untuk sosialisasi Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti dalam pelatihan Kurikulum Nasional.

Semoga upaya untuk menjalin kemitraan khas ini terus memperkuat seluruh warga SRA Khazanah SMAN Libels dalam menggiatkan Gerakan SRA di Indonesia.

image

Mari GeMBIRA bersama Keluarga Peduli Pendidikan