Kiriman foto kunjungan ke Kampung Qur’an Cendekia dari Pak Rian mengingatkan saya pada saat-saat memukau jelang Zhuhur bersama para santrinya. “Semua tamu yang berkunjung harus berbagi ilmu dulu sebelum keliling,” jelas ustadz yang sedang memfasilitasi anak-anak belajar anatomi tubuh manusia. “Hai anak-anak! Wah ibu jadi ingat waktu kuliah di farmasi lihat alat peraga yang sedang kalian pelajari, “seruku gembira melihat anak-anak belajar bersama di saung yang super keren. “Aku juga ingin kuliah di farmasi, Bu!” ujar seorang anak laki-laki di depanku.
Satu per satu aku memeluk dan mencium pipi kiri dan kanan santri-santri perempuan. “Saya dari Sumatera Utara, Bu,”salah seorang anak menjelaskan asalnya saat kami bersalaman. “Alhamdulillah, ibu pernah ke Tanah Karo pasca erupsi Sinabung,”tanggapku segera. Anak perempuan berkerudung coklat itu memperhatikan wajahku lekat-lekat. “Saya ingat wajah ibu! Kita pernah bertemu di posko anak, Bu,”serunya sambil kembali memelukku. Sambutan gembira anak-anak dan keramahan para ustadz, ustadzah di pesantren yang dipimpin Pak Rian memikat hatiku. Suasana sejuk dengan lansekap nan indah permai di lembah hijau Cihanjuang ini membuatku nyaman berkeliling.
“Menurut Asep, Bersih itu ditandai dengan apa?”tanyaku pada Asep, salah satu sanri.
“Tertib menjaga kebersihan, Bu,”jawab Asep lugas
“Asep tahu tentang KAA, Konferensi Asep-asep?” tanyaku lagi. Anak-anak tertawa mendengar penjelasan singkatku tentang KAA. “Ada Dr. Asep disini, Bu, “ujar Pak Rian. OPeRA di pesantren pun berlanjut. Ali menyampaikan tentang bebas polusi sebagai penanda sehat dan hijau. Aku menceritakan gaya hidup hijau yang dilakukan anak-anak dan sobat muda KerLiP Bersinar di berbagai sekolah. Al kindi sampai menjawab semua bangunan bercat hijau sebagai penanda pesantren hijau. Anak-anak makin antusias.
“Pak Rian, Ramadhan nanti buka pesantren keluarga ya,”kataku sambil berjalan mengikuti Pak Rian. Bangunan asrama dan tempat tinggal Pak Rian yang terbuat dari bambu sangat kontras dengan gedung untuk masjid yang sedang dibangun di bawah. “masjid itu sumbangan MAWI, Bu. Pesantren kami menambah dana untuk memperkuat agar masjid tersebut dapat diperluas untuk kebutuhan santri dan jamaah shalat di perumahan. Di sana ada Darul Muthmainnah yang dipimpin teh Ninih Aa Gym, “jelas Pak Rian sambil menunjukkan beberapa fasilitas menarik di Kampung Qur’an Cendekia. Tebing tanah di sudut kiri pesantren menarik perhatianku. “bagian itu pernah longsor, Bu,”ujar Pak Rian sambil menunjuk bagian yang longsor. “Ayo kita undang Puskim untuk memberikan masukan perkuatan agar tidak terjadi longsor lagi. Anak-anak bisa diajak untuk lakukan Cara Asyik cari Tahu mitigasi dari longsor, “imbuhku sambil mendokumentasikan beberapa sudut pesantren.
Adzan zhuhur terdengar dari saung belajar anak-anak. kami pun bersiap shalat zhuhur berjamaah.