Mengembalikan Jiwa Guru Kita kepada Fitrah

Umat Islam baru saja menyelesaikan ibadah shaum bulan Ramadhan. Ucapan selamat idul fitri 2017 pun bertebaran di media sosial. Lebih dari 100 sms dan wa masuk sejak H-2 sampai H+2 Idul Fitri 2017. Alhamdulillah harapan untuk bisa kembali kepada fitrah kita yang suci makin bermakna sejak kembali terhubung melalui media sosial. Semangat yang sama juga muncul pada saat yang bersamaan untuk mengembalikan jiwa guru kepada fitrah anak bangsa yang penuh rasa ingin tahu dan tak ragu mengekspresikan kegembiraannya bermain dan belajar bersama teman sebaya di sekolah/madrasah.

Pesan terusan dari sahabat guru di SMAN 8 Bandung saya abadikan disini dengan beberapa penyesuaian untuk menggugah kembali kesadaran kritis kita tentang hal terpenting dalam mendidik anak bangsa.

Continue reading “Mengembalikan Jiwa Guru Kita kepada Fitrah”

Menikahkan Politik, Ekonomi, dan Pendidikan

image

[23/03 00:20] Dan Satriana: Sebenarnya ideologi dan prespektif pendidikan s23endiri bisa ditelusuri jelas meski memang rumit dan panjang. Tetapi ketika pendidikan dicampuri kepentingan politik dan ekonomi jadi kelihatan seperti benang kusut. Kenapa? Karena yang membuat kusut adalah kepentingan-kepentingan politik dan ekonomi yang menutupi warna indah pendidikan sebenarnya.

[23/03 00:27] yanti kerlip: Politik-ekonomi-pendidikan sudah lama menikah Kang Dan. Sulit menceraikannya. Kita perlu cari solusi agar jadi “keluarga” harmonis

[23/03 00:34] Dan Satriana: Betul ibu @yanti. Saya sih optimis karena banyak sekolah yang berhasil menikah dengan lebih sehat. Di salatiga, di Blitar, di Bandung sudah cukup. Jika kita belum siap merubah persepsi kita, cukup negara memberi ruang bagi eksperimen seperti itu tanpa tuntutan kesergaman. Bukankah Pa Anies punya jargon mencari Champion, mengoleksi best practise….ini….di sini

[23/03 00:38] yanti kerlip: Kita dorong buat semacam festivalnya yuk…mulai dari pelatihan menulis praktik2 baik. Dulu kayaknya pernah dilakukan untuk wapik.

http://jendela.data.kemdikbud.go.id/jendela/ ini dibuat anak2 muda Paska yg bisa dimanfaatkan disdik kota Bandung untuk exposure best practices ya

[23/03 04:15] Taufan fgii: Kang Ben, siswa sekolah favorit baik Swasta pun negeri mulai sd – sma, yg saya tahu umum nya mrk ikut bimbel, OK jgan dilihat sekolah negeri, kita lihat sekolah Swasta yg umumnya Gurunya msh muda enerjik, kreatifitas, selalu dlm pantauan yayasan, jika cara mengajar Dan kinerja buruk ada sangsi yg merugikan dirinya, Dan akhirnya terkondisi bagus pelayanannya, namun tetap saja anak2 didik nya bimbel

[23/03 04:19] Taufan fgii: Bener Kang Dan, di sekolah ada proses yg menyenangkan ada nilai silaturahmi siswanya ktk praktik apapun di sekolah lebih menyenangkan, apalagi berdasarkan kurikulum nasional, penilaian siswa lebih kpd prosesnya bukan hasilnya, guru harus melihat kesungguhan siswa ktk mengerjakan tugas atau lembar kerja bukan pd hasil

Mas eko, seandainya  kembali spt orang tua kita dulu ktk menyekolahkan kita orientasinya ke sekolah yg terdekat mulai SD- SMA, Dan saat itu belum muncul sekolah favorit, buktinya orang sukses yg kita lihat skrg tidak lahir dari sekolah dan PTN favorit, krn kunci sukses adalah kesungguhannya dlm meraih mimpi, hal inilah yg harus secara masif ditanamkan kepada anak Dan ortu siswa.

OPeRA di wa grup GMPP Indonesia selalu menarik untuk disebarluaskan. Kang Dan adalah pegiat pendidikan yang sudah kawakan dan jadi mentor bagi sahabat-sahabat KerLiP seperti Zamzam, Ova, Nur juga Ilah, Okha, dan anak-anak muda yang bergiat di Kalyanamandira. Satuan Aksi Pembelajaran yang mereka susun untuk anak-anak berhadapan hukum di LPKA Kebonwaru lengkap dengan berbagai praktik baiknya. Setahu saya sekolah-sekolah yang disebutkan berhasil menikahkan politik, ekonomi, dan pendidikan secara sehat seperti Qoryah Thoyibah, Hikmah Teladan, SMA PGRI Cibinong, Sekolah Alam beberapa kali diliput jurnalis Kompas.

Mediator Aktif
image

Pertemuan saya dengan FGII dan para pegiat hak atas pendidikan di Jakarta tahun 2005 mendorong kamk untuk menggiatkan gerakan keluarga peduli pendidikan di ranah advokasi non litigasi menjadi litigasi. Advokasi korban UN 2006 menyadarkan saya tentang pentingnya kerja sebagai mediator aktif untuk mengubah wajah sekolah/madrasah lebih ramah anak. Kampanye dan advokasi Education for All yang kami usung sejak 2003 untuk memastikan tersedianya anggaran yang memadai dalam pemenuhan hak konstitusional rakyat atas pendidikan mendapatkan penguatan. Praktik-praktik baik pendidikan anak merdeka di sekolah berprogram khas dengan bangunan fisik seperti sekolah “negeri” serta kemitraan khas dengan Pak Fasli Jalal yang memimpin perubahan di Kementerian Pendidikan Nasional membuka jalan baru sebagai mediator aktif dalam pemenuhan hak atas pendidikan. Apalagi dengan dukungan sahabat-sahabat KerLiP dari UPI Bandung dan guru-guru kritis di FGII.

“Mbak, banyak yang bilang lu tuh murahan banget, tanpa dibayar pun bisa, “kata Susi Fitri saat kami bertemu kembali setelah bertahun-tahun saya meninggalkan keramaian advokasi di Jakarta. Kata-katanya menyadarkan saya untuk mempertimbangkan kegelisahan Zamzam. Posisi mediator aktif dalam pemenuhan hak atas pendidikan mempercepat upaya advokasi yang kami buka melalui pelembagaan Sekretariat Nasional Sekolah Aman. Saya memutuskan untuk bergeser memperkuat advokasi bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak setelah berkenalan dengan Bu Ninin, Asdep Pemenuhan Hak Pendidikan Anak. Kampanye dan penerapan sekolah aman pun kami rangkai dengan praktik-praktik baik lainnya yang sudah diusung ribuan bahkan ratusan ribu sekolah. Penyusunan direktori sekolah aman 2013 bersama BNPB menjadi media penting dalam pengumpulan praktik-praktik baik tersebut.

Saya dan Zamzam tetap menjalankan mediasi antar kementerian dan lembaga sampai ke pemerintah kota/kabupaten. Sosialisasi Pedoman Pendidikan Ramah Anak ke 17 provinsi pada tahun 2012 membuka kesempatan untuk menjangkau mitra KerLiP di daerah. Kesempatan emas untuk menikahkan politik, ekonomi dan pendidikan makin terbuka saat Bu Ida, kasubdit sarpras Ditme Ditjen Pendis Kemenag mengajak kami untuj mengarusutamakan sekolah/madrasah aman dari bencana dalam rehabilitasi 7 ribu madrasah pada tahun 2011-2012 lalu perluasan MAN Insan Cendekia ke 20 provinsi sebagai model penerapan pendidikan ramah anak yang diusung 7 kementerian/lembaga.

Alhamdulillah, upaya harmonisasi dan perluasan jangkauan pemenuhan hak anak atas pendidikan mulai diperkuat dengan penyediaan Ruang Kreativitas Anak untuk pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya. Bu Elvi, asdep pemenuhan hak anak atas pendidikan pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya menjadi penanda penguatan reformasi birokrasi dalam pemenuhan hak atas pendidikan ini. Kemitraan khas yang kami jalankan memungkinkan percepatan penerapan Sekolah Ramah Anak sebagai salah satu indikator Kota/Kabupaten Layak Anak di Kemdikbud. Direktorat Pembinaan SMP sudah menerbitkan panduan Gerakan Sekolah Sehat, Aman, Ramah Anak, dan Menyenangkan selama proses advokasi yang kami jalankan bersama Bu Elvi 2014 lalu. Saat ini Direktorat Pembinaan SMA dan Pembinaan SD sudah menuntaskan Panduan Sekolah Ramah Anak dalam dampingan Zamzam dan Susi Fitri.

Keputusan saya untuk mendampingi Bu Rena, Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus memungkinkan isu lintas sektor untuk memperkuat kemitraan yang dulu diusung melalui Seknas Sekolah Aman. Istilah Anak Berkebutuhan Khusus Bersih, Sehat, Ramah Anak, dan inklusif (Berseri) dikeluarkan Bu Ning, Kasubdit Peserta Didik Bina PKLK. Gerakan KerLiP Bersinar (Bersih, Sehat,Hijau, Inklusif, Aman, Antikekerasan dan Ramah Anak) pun mendapatkan momentumnya. Hasil Rakor Bina PKLK memunculkan SeRAI sekolah Ramah Anak dan Inklusif serta SeMAI 3T menggantikan ADEM 3T. Penanda-penanda baru ini melengkapi kegiatan GeMBIRA bersama KerLiP di sekolah yang kami sebarluaskan melalui kitabisa.com.

Intimacy, passion dan commitment adalah tiga elemen tringular theory of love dari Sternberg. Intimacy merupakan elemen emosi yang berhubungan dengan kedekatan yang mengarah pada hubungan, kepercayaan dan kehangatan, passion merupakan elemen motivasi dan commitment merupakan elemen kognitif yang mendasari untuk saling menyayangi dan mempertahankan hubungan. Ketiganya merupakan elemen penting dalam pernikahan. Kami jalin dalam upaya tumbuh bersama mewujudkan Pendidikan Ramah Anak, Bermutu, dan Bebas Pungutan (Panutan).

Berlaku Adil Kepada Diri Sendiri

Hari ini untuk pertama kalinya saya menyampaikan beberapa pertanyaan yang lebih selektif terkait undangan finalisasi panduan SRA dari Direktorat Pembinaan SD. Pengalaman minggu lalu saat menerima materi Sekolah yang Menyenangkan dari Bu Elly membuat saya mengambil jarak dari pekerjaan advokasi.

“Mbak, lu tuh dianggap murahan karena bisa tanpa dibayar apapun ngerjain kerjaan mikir, “kata salah satu anggota Litbang KerLiP ketika menyimak beragam kegiatan advokasi berbasis sms yang saya laksanakan bersama sahabat-sahabat KerLiP lainnya. “Sudah saatnya menyiapkan pensiun dengan mengambil waktu khusus untuk umroh, taubatan nasuha di Baitullah. Kegiatan sosial sahabat KerLiP sangat luar biasa. Berlaku adillah kepada diri sendiri, “ujar sahabat guru Makasar yang kini menjadi anggota DPR. Ucapannya diiringi dengan dukungan nyata untuk keluarga kami.

Gema takbir bersahut-sahutan menyambut gerhana matahari total yang melintasi nusantara. Saya menunggu dengan penuh rasa takut akan adzab Allah. Beberapa peringatan saya share ke beberapa wa grup yang aktif.

image

Di balik jendela terlihat mentari tertutup sebagian besar. Saatnya shalat kusuf. Khutbah dan doa dari berbagai masjid terdengar menggantikan gema takbir. Ya Allah ampunilah kami jauhkanlah kami dari adzabmu yang pedih. Berilah kami kesempatan untuk taubat dan menjemput saat pulang dalam keadaan husnul khotimah. Amin yra.

Mulai Selektif

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adil a 1 sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak: keputusan hakim itu –; 2 berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran; 3 sepatutnya; tidak sewenang-wenang: para buruh mengemukakan tuntutan yang –;. Berlaku adil pada diri sendiri berarti tidak sewenang-wenang dan menempatkan diri sendiri pada tempat yang benar dan baik. Kita harus menempatkan diri kita agar tetap terjaga dan terpelihara dalam kebaikan.

[08/03 21:27] Zamzam Muzaki SM: Ibu diundang ke psd?
[08/03 21:40] yanti kerlip: Iya
[09/03 07:09] yanti kerlip: Zamzam hadir?
[09/03 07:09] yanti kerlip: Kl Zamzam hadir jd narasumber, ibu ngga usah
[09/03 07:09] Zamzam Muzaki SM: Knp bu?
[09/03 07:09] yanti kerlip: Draft panduan SRA nya ada?
[09/03 07:10] yanti kerlip: Ibu harus lebih selektif agar kerjaan ngga numpuk
[09/03 07:10] yanti kerlip: Modul yg diminta Bu Elly juga belum dikerjakan
[09/03 07:10] yanti kerlip: Aas sama sekali belum paham bedanya pedoman panduan, dan modul
[09/03 07:11] yanti kerlip: Panduan RKA yg diminta dituntaskan Pak Lalu juga belum diapa2in karena Pak Lalu ngga bisa melengkapi tanpa diskusi
[09/03 07:12] yanti kerlip: Bahan presentasi untuk Bu Elly juga terpaksa instan karena sakit dan tidak ada kabel charger laptop
[09/03 07:12] yanti kerlip: Fitry cukup membantu tapi terlambat
[09/03 07:15] yanti kerlip: Ibu mau minta Pak Lalu menggantikan ke Tapos
[09/03 07:25] Zamzam Muzaki SM: Zamzam blm tahu bu
[09/03 07:26] Zamzam Muzaki SM: Dokumen mana yg mau dikaji, pak agus waktu itu tlp.
[09/03 07:26] Zamzam Muzaki SM: Ntr ditanya
[09/03 07:27] Zamzam Muzaki SM: Zamzam lg ngerjain initial proposal utk disertasi yuvi dulu
[09/03 07:32] yanti kerlip: Ok

Obrolan langka dan peristiwa gerhana matahari total yang kabarnya hanya terulang 375 tahun sekali menandai perubahan baru dalam perjalanan kampanye dan advokasi Education for All a la KerLiP. Saya harus mulai selektif meskipun dengan berat hati. Kabar gembira dari Mas Aria yang kini bertugas di Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga tentang rencana penyusunan Pedoman Pendidikan Ramah Anak menggoda untuk dikawal intensif. Pertemuan dengan Melly Kiong memperkuat kesadaran kritis saya untuk berlaku adil terhadap diri sendiri.

image

Anugerah Ilahi

Analisa sidik jari yang dilakukan Pak Isa, staf ahli anggota Komisi VIII DPR menyadarkan saya tentang beragam talenta yang Allah berikan sejak masa konsepsi di dalam rahim almarhumah mamah. Sungguh menakjubkan mengetahui keseimbangan otak yang ditunjukkan dengan kemampuan yabg sama di ranah linguistik, logis matematis dan musik serta kemampuan responsif yang melampaui batas analisa.

Berkali-kali Pak Isa menegaskan bahwa di antara 12 ribu klien, hasil deteksi sidik jari saya merupakan yang keempat dengan penanda-penanda yang luar biasa. Biasanya orang yang memiliki kemampuan logis yang tinggi lemah dalam musikal. Kelemahan terbesar saya adalah tidak tahu bahwa bakat alami yang Allah anugerahkan kepada saya sangat langka dan luar biasa. Hal ini ditandai dengan kemampuan intrapersonal yang rendah.

Berlaku adil kepada diri sendiri juga termasuk mengasah anugerah Ilahi yang saya terima untuk memberi manfaat lebih banyak lagi kepada semesta tanpa membebani diri sendiri untuk melakukan semuanya.

Saatnya fokus untuk tazkiyyatun nafs.

Bismillah tawakkaltu alallah laa haulaa walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim.