Menuju Jawa Barat Provinsi Layak Anak

Kepala Bidang Kesejahteraan dan Perlindungan Anak BP3AKB Jabar, Ibu Dian, benar-benar cekatan. Rencana pendampingan percepatan KLA di 5 wilayah Jawa Barat diselesaikan dalam waktu singkat. Saya mendapat kehormatan menjadi salah satu fasilitator dalam kegiatan beliau di Cirebon bersamaan dengan peresmian Pendopo Ramah Anak di Kota Cirebon. Saya juga menjadi salah satu fasilitator dalam kegiatan Rapat Koordinasi di Karawang, Bogor dan terakhir di Cimahi tanggal 31 Mei 2016. Kegiatan tersebut diikuti oleh perwakilan dari pemerintah kota/kabupaten masing-masing wilayah. Sayang sekali untuk yang terakhir ini saya sudah konfirmasi hadir dalam pertemuan perdana Tim Pokja TPPO KTPA tahun 2016 dengan Mensos.

image

image

image

Sebagai tanda persahabatan, saya mempersembahkan Ensiklopedia Lintas Sejarah Indonesia dalam Literasi Visual yang diterbitkan Binar Pustaka kepada Bu Dian. Sumber inspirasi belajar bagi penumbuhan budi karakter ini ternyata membawa berkah dalam penguatan materi KIE terkait perlindungan anak di Jawa Barat.

image

Gerakan Perlawanan Jabar terhadap.Kejahatan Seksual Terhadap Anak

Selain pendampingan dalam rangka menyiapkan anugerah Gubernur untuk pemerintah Kab/kota Layak Anak, Bu Dian juga melaksanakan pendampingan langsung kepada pemerintah kota/kabupaten melengkapi indikator KLA untuk diajukan dalam penilaian 2017 secara nasional. Upaya ini juga dilengkapi dengan beberapa gerakan pendukung. Gerakan Jabar memerangi  Kejahatan Seksual Anak adalah salah satu di antara sekian banyak aksi BP3AKB Jabar. Diskusi terfokus perdana dilaksanakan di Bappeda Jabar dengan mengundang multipihak.

Dalam kegiatan tersebut, Ibu Kepala BP3AKB Jabar menyampaikan beberapa hal penting terkait pengasuhan antikekerasan yang disampaikan Ketua P2TP2A Jabar dalam Rapat Terbatas sebelum FGD ini dilaksanakan Bappeda. Saya, Bu Rini, Asdep Perlindungan Anak dari Kekerasan Kempppa dan Profesor dari IPB diminta menjadi penyaji dengan moderator Profesor dari Unisba. Saya menyajikan beberapa materi KIE yang sudah kami susun bersama multipihak, antara lain:

1. Buku saku, Inilah Tubuhku yang disusun Tim Literasi Binar dari bahan yang disiapkan Rumah Cita Kita, KerLiP,  GENTaskin, FGII, dan GIP

image

2. Karaoke Ini Tubuhku yang dibuat Tim Aves, sahabatnya Azizah dari sumber yang sama

3. ELSI, Ensiklopedia Lintas Sejarah Indonesia dalam Literasi Visual

image

4. Boardgame hak anak, sekolah ramah anak, dst.
5. Film sekolah aman hak anak bangsa bermartabat.

image

Dalam kesempatan kali ini saya meminta Fitry mendampingi dengan harapan kepiawaian Fitry dalam literasi visual makin terasah. Kesempatan emas bagi saya untuk menyampaikan bahwa anak-anak jadi sumber belajar yang penting dalam mewujudkan KLA, apalagi terkait materi KIE untuk pencegahan dan penanganan kejahatan seksual terhadap anak. Paparan singkat perwakilan Forum Anak Jawa Barat yang memukau, memperkuat usulan tersebut. Semoga percepatan KLA di Jabar menjadi niscaya dan menjangkau anak-anak yang.memerlukan perlindungan khusus.

image

Belajar dari Guru Profesional yang Ramah Anak

Untuk kesekian kalinya aku kagum dengan cara Tety mengelola kelas. Ia sangat piawai berbicara di depan kolega sesama guru. “Jawaban fasilitator sangat cerdas, Teh. Banyak yang perlu di highlight, caranya memfasilitasi sangat cerdas, “kata Mas Nanang di sebelahku mengomentari Tety, guru profesional yang ramah anak. Kesaksian guru yang juga pengurus PGRI itu sempat mengusik kegelisahanku. Hampir saja aku tak dapat menguasai diri. Mas Nanang, sahabat lama pegiat perlindungan anak yang juga Tim Penilai KLA menahanku untuk merespon. “Kita biarkan dinamika kelompoknya bekerja saling mengisi, “ujarnya perlahan.

image

“Disiplin bagi anak sangat perlu, tapi tak perlu main fisik seperti militer, “kata Bapak berpakaian hitam yang mewakili orangtua/wali. Ia berkali-kali menyampaikan teori Freud tentang tumbuh kembang anak dan pentingnya menerapkan SRA sesuai usia anak. Tety, guru SMAN 24 Jakarta yang kini menjabat Bendahara DPP FGII menunjukkan kepiawaiannya mengelola kelas. Ia makin apresiatif merespon kesaksian koleganya dari PGRI. “Idealisme guru yang menggebu di waktu muda dan terus melembut seiring dengan bertambahnya usia, benarkah Bapak/Ibu? Tak perlu menyangkal, saya juga mengalaminya. Organisasi profesi seperti FGII dan PGRI harus segera mengambil peran untuk menjadi tempat bertanya bagi anggotanya. FGII sudah memulai Klinik Guru di Way Kanan Lampung. Jangan-jangan yang perlu diterapi kita sendiri ya, “ujarnya sambil berjalan ke bagian belakang.

DPD FGII Jatim Keren

Pelatihan SRA bagi Guru dan Pendidik Jawa Timur ini terselenggara berkat kolaborasi yang dilakukan DPP FGII, Pak Bambang dengan Bu Bekti dari SD KITA yang bergegas menerima peluang yang kami giatkan bersama sahabat-sahabat KerLiP, GENTaskin, dan Gerakan Indonesia Pintar. Kemitraan KerLiP dengan Asdep Pemenuhan Hak Anak atas Pendidikan Kreativitas dan Budaya Deputi Tumbuh Kembang Anak Kempppa dan DPP FGII sangat kondusif untuk menjangkau guru, kepala sekolah, dan para pendidik.

image

Pak Bambang, guru SMKN di Sampang yang juga DPP FGII memperkuat DPD FGII Jatim menjelamg kongres FGII pertengahan Mei nanti. “Ada tiga guru di sekolah kami yang bergabung dengan DPD FGII Jatim, Bu, “ujar salah seorang peserta. Peserta lainnya menyampaikan gagasannya untuk menindaklanjuti pelatihan ini dengan Forum Guru Ramah Anak Jatim. Alhamdulillah, keputusan yang sangat tepat mengajak Tety hadir sebagai Narasumber pelatihan SRA di Edotel SMKN Buduran Sidoarjo. Pelatihan ini diikuti 40 guru, pendidik, orang tua/wali dari Kabupaten Malang, Bojonegoro, Sidoarjo, dan Surabaya. Seluruh pendanaan disediakan oleh Kempppa melalui Bu Elvi, Asdep yang merakyat dan baik hati.

Tak Ada Rotan, Akar pun Jadi

Rasanya peribahasa ini sangat pas mencerminkan upaya advokasi yang dilaksanakan bersama Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kami mengawal usulan draft Peraturan Presiden tentang Gerakan Sekolah Ramah Anak sejak awal tahun lalu. Perwakilan dari Kemdagri dan Bappenas dengan gigih mendorong kami untuk memastikan inisiatif ini muncul dari Kemdikbud. Alhamdulillah, Dirjen Dikdasmen menyusun draft Perpres berjudul Gerakan Sekolah Ramah Anak yang sudah sampai ke meja Mendikbud. “Draft Perpres hanya berisi pelembagaan Tim Pengembang, Bu, “kata Krisna saat kami bertemu di depan ruang Mas Chozin. Usulan perpres sepenuhnya dari Dirjen Dikdasmen, kami bersama 13 K/L menyusun juknis yang menjadi lampiran draft perpres tersebut dan Modul TOT sesuai permintaan Ditjen Dikdasmen.

“Kampanye dan penerapan sekolah aman ini terintegrasi dalam Gerakan Sekolah Ramah Anak yang diinisiasi Kementerian PPPA dengan pengawalan Bu Yanti, “petikan sambutan Bu Suharti, direktur dari Bappenas yang baru menjabat sebagai Kepala Biro PKLN dalam Kongres Nasional Sekolah Aman di Gedung A Kemdikbud akhir tahun 2015 yang diselenggarakan Plan Internasional dkk.

Darurat Kekerasan dan Radikalisme

Peristiwa pemulangan ex Gafatar setelah insiden mematikan di depan Sarinah menggantikan darurat asap yang mulai sirna diterpa hujan. Sekolah Aman Asap yang disiapkan Kemdikbud bersama ITB tertunda sejenak. Kemudian digantikan isu kekerasan terhadap anak dengan rencana hukuman kebiri bagi pelaku kejahatan seksual anak yang menimbulkan pro kontra. Sekolah Aman-Anti Kekerasan pun muncul dan terus menguat setelah Rapat Terbatas yang dipimpin Presiden.

Rencana peningkatan Permendikbud no 82 tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Terhadap Anak di Sekolah menggugah kesadaran baru. Harmonisasi antara draft perpres Gerakan SRA dan inisiatif ini perlu dikawal bersama. Zamzam dan saya memfasilitasi pertemuan Deputi Tumbuh Kembang Anak dengan Dirjen Dikdasmen 2 minggu yang lalu. Upaya untuk bertemu Mas Hikmat, staf khusus Mendikbud tak kunjung tiba. Koordinasi yang dilaksanakan Menko PMK mempertemukan Bu Elvi, Asdep Pemenuhan Hak Anak Atas Pendidikan Kreativitas, dan Budaya dengan Staf Ahli bidang hukum Mendikbud Ibu Catharina. Kabar terkini ini mendorong saya untuk hadir dalam Diskusi Sekolah Aman-Anti Kekerasan yang dilaksanakan Kemendikbud di Hotel Centuri.

Sekolah Sebagai Taman

Pertemuan dengan Mas Chozin, staf khusus Mendikbud bidang pemangku kepentingan yang menjadi moderator diskusi saya manfaatkan untuk mempertemukan Ibu Leny dengan Ibu Catharina melalui Mas Chozin. Kami akhirnya bertemu kemarin dengan staf ibu Catharina di ruang Mas Chozin. Bu Leny memaparkan ratifikasi KHA dan pelembagaannya di Indonesia dalam pengembangan KLA. Semangat perubahan yang dibawa dalam gerakan SRA sebagai salah satu indikator KLA terasa sekali dalam paparan beliau. Mas Chozin meresponnya mulai dengan menjelaskan penanaman budi pekerti.

image

Saya mencatat semuanya untuk bahan revisi modul yang diminta Direktur PSMP, Pak Supiono selepas diskusi Sekolah Aman-Anti Kekerasan. Kepandaian Mas Chozin menjalinnya ke dalam paradigma pendidikan sebagai gerakan membuat saya makin semangat. Data-data yang muncul dalam neraca pendidikan daerah dan jendela pendidikan selaras dengan kampanye dan advokasi Education for All yang kami usung sejak 2002. Videografis renstra yang disebar online menyajikan peta pikiran dengan suara khas Mendikbud.

Bu Leny menjanjikam untuk mengirim semua berkas terkait paparan beliau untuk bahan harmonisasi perpres.yang diusulkan Mendikbud.

Pertemuan Karena Allah

Ada peristiwa menarik sebelum bertemu Mas Chozin. Saya mengenal suara penerima telpon dibalik kaca tempat saya mojok di perpustakaan kemdikbud. Langsung saja saya kirim pesan ke wa si empunya suara. Dan benar, Mas Rizal tengah berkumpul bersama para protokoler dan fotografer menunggu Mendikbud yang sedang menerima Komnas Perempuan. Terbersit keinginan untuk bertemu Mendikbud.

Saya kembali mengirim wa ke Mas Rizal setelah pertemuan dengan Mas Chozin selesai. Tak ada jawaban. Saya menghubungi Mas Hikmat untuk menyampaikan bahwa akhirnya kami bertemu dengan Mas Chozin dulu, namun masih memandang perlu bertemu langsung dengan Mas Hikmat dan Bu Catharina. Kemudian saya mencoba menelpon Mendikbud, ternyata pulsa habis. Baru saja memutuskan untuk pergi, terlihat Mendikbud berjalan diiringi tamu-tamu kehormatannya. Kami sempat bersalaman dengan hangat.

Tamu kehormatan yang entah siapa itu diantar Mendikbud sampai ke depan pintu mobil yang menjemput mereka. Saya memutuskan untuk menunggu sejenak di depan gerbang. Alhamdulillah tersampaikan juga perkembangan advokasi SRA dengan inisiatif beliau. “Good idea, ” katanya ketika mendengar usulan saya untuk menamai perpres ini dengan Sekolah Sebagai Taman.

Kabar GeMBIRA ini langsung saya sebar dengan berbagai versi ke media-media sosial dan grup yang relevan. Teriring doa semoga tidak berhenti hanya ide baik tapi menjadi penanda baru dalam upaya advokasi pemenuhan hak pendidikan anak di Indonesia. Saya menutup kegiatan di Senayan dengan sms langsung kepada Mendikbud untuk memperkuat obrolan selintas pendidikan ramah anak.

Mas Anies yb, terima kasih ya, senang dan bangga menyaksikan semua perubahannya. Saya intens mendampingi Bu Renani dg kasubdit-kasubdit beliau kecuali Pak Sanusi. Penuh harap inisiatif reformasi birokrasi melalui pembentukan Sekretariat Bersama di Cipete dapat menjangkau anak-anak yang memerlukan pendidikan khusus dan layanan khusus. Mohon dukungannya utk harmonisasi SRA ke dlm Permendikbud 82/2015 plus 23/2015 dan 55/2015. Selamat bekerja. Syukron. Jazilan.