Pengelolaan Sampah Berbasis Madrasah di MTsN 34 Jakarta

Bulan Inovasi Sekolah Panutan di ibukota dimulai dengan Latihan Evakuasi Mandiri yang dijalin dengan Bank Sampah dan sosialisasi Sekolah Ramah Anak di MTsN 34 DKI Jakarta. Pak Usup dengan dukungan kepala madrasah, wakil kepala madrasah, orangtua dan 400 lebih peserta didik melaksanakannya dalam expo yang dibuka tepat pada #HariKesiapsiagaanBencanaNasional 26 April 2017. Dunia usaha dan lembaga masyarakat yang memberikan dukungan langsung antara lain: KPAI, KerLiP, LPBI NU, PGMI, BJB, Pergunu,  dan BRI.

Continue reading “Pengelolaan Sampah Berbasis Madrasah di MTsN 34 Jakarta”

Ibu Sari Membangun Basis Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan Kota Bandung

Cafe Ilmu GeMBIRA di Dago Car Free Day menjadi saksi pertemuan perdana kami dengan sosok perempuan yang hebat ini. Ibu Sari, begitu saya memanggilnya, mendampingi kedua putrinya, Nabila dan Syahna yang saya ajak untuk bergabung di Ruang Kreativitas Anak tersebut. “Saya harus tahu dulu, Bu, siapa yang mengajak anak-anak saya beraktivitas, “kalimat yang disampaikannya berkali-kali itu konsisten dengan perjalanannya tumbuh bersama Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan.

image

Memperjuangkan Hak Anak Bersama Anak-Anak Tercinta

Saya dan Fitry, berkomitmen untuk menyisihkan pendapatan kami untuk memulai fellowship KerLiP dengan memberikan beasiswa gerakan kepada keluarga peduli pendidikan penerima anugerah KILAUNusantara. Penerima anugerah perdana versi kami berdua adalah Nurasiah Jamil (Aas) yang menjadi volunteer KerLiP sejak lulus dari Akademi Kebidanan. Kami berdua memberikan dukungan sejumlah dana kepada Aas agar dapat mewujudkan impiannya untuk Indonesia Sehat Semua dengan menumbuhkembangkan Rumah Cita Kita bersama teman-temannya.

Istilah Keluarga Idaman Lahirkan Anak Unggulan yang kemudian diperbaiki menjadi Keluarga Idaman Lahirkan Anak Unik atau KILAUNusantara nampaknya sangat pas dilekatkan kepada Bu Sari sekeluarga.Keunikan Syahna dan Nabila, kakak beradik pejuang hak anak yang tak henti mengukir prestasi ini keren banget. Pengasuhan ayah bundanya yang luar biasa memikat hati. Saya mengapresiasi keluarga hebat ini dengan meminta Pak Gunandar, suami Bu Sari untuk menjadi Direktur KerLiP pada tahun 2015. Namun rencana ini terpaksa batal karena usaha yang dirintis keluarga kami baru dimulai. Apalagi kemudian manajemen Wisma Kodel yang baru meminta kami segera keluar dari ruang yang sudah kami tempati atas kebaikan almarhum Apa Utomo Dananjaya sejak 2005.

Anugerah KILAUNusantara kembali kami perdengarkan dengan model fundraising melalui penjualan Ensiklopedia Lintas Sejarah Indonesia dalam Literasi Visual. Inisiatif ini belum terprogram dengan baik karena berbagai keterbatasan. Saya dan Fitry akhirnya sepakat untuk menyerahkan 1 paket ELSI kepada Nabila sebagai salah satu Duta Anak YES for Safer School atas upayanya bersama ibunda tercinta melakukan Safari GeMBIRA di SDN Merdeka dalam program yang didukung oleh Direktorat Pembinaan PKLK Dikdasmen Kemendikbud. Selain itu, kami juga memberikan kesempatan kepada Nabila dan Allisa untuk mewakili KerLiP di World Conference of Disaster Risk Reduction di Sendai Jepang dengan dukungan penuh dari Direktorat Pembinaan SMP Kemendikbud pada tahun 2015.

Bu Sari yang Rendah Hati

Waktu kecil, almarhumah ibu selalu memuji saya dengan istilah “tangan dingin” karena setiap menanam di halaman rumah pasti tumbuh subur. Kepiawaian Bu Sari untuk mendampingi Teh Iwang selama bekerja di KerLiP serta beragam kegiatan penting yang berhasil dilaksanakannya di Bandung mengingatkan saya pada istilah tersebut. Keputusan bu Sari untuk tidak bekerja di luar rumah dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya sebagai alumni Planologi ITB untuk mendidik, merawat, mengasuh kedua putrinya tanoa bantuan asisten menempatkan Bu Sari sebagai ikon yang pantas mewakili KerLiP di Direktorat Bindikel.

Inisiatif Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan indonesia muncul dari pertemuan kami dengan Pak Hary, Bu Elvyra dan Dahrina. Ketiganya dibawa bu Sari menyampaikan pengaduan PPDB 2014 ke Perkumpulan KerLiP. Sebelumnya Bu Sari membantu anak-anak lulusan SMP yang mengalami hal serupa dengan Syahna dan mendapatkan koreksi nilai UN Bahasa Indonesia yang menentukan keberlanjutan sekolah mereka. Bu Sari pun resmi mewakili KerLiP Bandung di GMPP Indonesia untuk memperjuangkan pemenuhan hak anak atas pendidikan ramah anak, bermutu, bebas pungutan yang dikemas Bu Sari dengan istilah Panutan. Saya dan Zamzam, Tim Litbang KerLiP membawa semangat Panutan ke Riau atas dukungan para perintis Gerakan Indonesia Pintar.

image

Peluncuran Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan Bersinar di SLBN Cicendo pada tanggal 18 Desember oleh Ketua P2TP2A Jawa Barat,Ibu Netty Prasetyani dan Rapat Koordinasi Pembentukan Sekretariat Bersama Pemenuhan Hak Pendidikan Anak pada Hari Ibu, 22 Desember 2016 terlaksana berkat tangan dingin Bu Sari. Pengawalan roadmap KerLiP di Direktorat Bindikel diserahkan sepenuhnya kepada Bu Sari sampai ke Kuala Lumpur bersama tokoh-tokoh Bindikel. Bu Sari juga yang menjalankan tawaran WVI dengan tim ASSI kepada KerLiP untuk melaksanakan roadshow sekolah aman bencana dan pelatihan fasilitator SMAB bagi guru di kota Bandung. Sebelumnya Bu Sari juga melaksanakan Safari GeMBIRA bersama forum anak di SMAN 15 Bandung, SD Plus Marhamah Hasanah dan SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung serta SDN Merdeka Bandung.
Beragam portofolio yang hebat ini makin terasa bermakna dengan kerendahhatian Bu Sari membangun basis Getakan Keluarga Peduli Pendidikan Bersinar di kota kelahirannya Bandung tercinta.

Selamat bekerja demi kepentingan terbaik anak bangsa ya Bu

image

Catatan Bu Ninuk: Mandala Diri di Semesta Hati

Kami ditemani Aas dan teman-teman guru saat kegiatan  berlangsung. Saya meminta Aas untuk memulai kegiatan lebih pagi, dengan pertimbangan perlu lebih banyak waktu bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk melakukan kegiatan ini.  Aas menyepakati, begitu juga anak-anak yang selalu ingin tahu jika ada kegiatan baru. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang, siswa reguler dengan satu atau dua anak berkebutuhan khusus. cukup lama bagi beberapa anak untuk menyelesaikannya, suasananya sangat menyenangkan, anak yang lain membantu temannya  mengungkapkan perasaan lewat bahasa tulisan, mengomentari, meralat, membantu menuliskan. riuh sekali. jam istirahat kami sepakati untuk berhenti sejenak. Setelah ini rencananya akan membuat dreamsboard.” Anak-anak biasanya lebih suka berekspresi melalui gambar,” kata saya pada Aas. Biasanya mereka lebih ‘keluar’ ekspresinya,  lebih ‘hidup’. Asyik sekali mengamati mereka sibuk mencari gambar dari lembaran koran dan menambahkan gambar. Situasinya kembali riuh.  Anak-anak seperti berlomba untuk mengatakan bahwa ‘aku istimewa’ melalui gambar pada dreams board mereka. Selalu ada kejutan, saat presentasi B mengatakan  bahwa sekolah di Semesta Hati adalah keinginan terbesarnya, disini katanya ‘aku bisa lebih banyak membantu teman’. Untuk  sekolah Bersinar, E, ingin membaca menjadi budaya di sekolah ini. E, siswa kami yang  autis juga ingin ‘membangun SH’ dengan latar gambar bangunan yang besar.

#100 Kebiasaan Baik Anak Semesta Hati.

Di Semesta Hati, saya ajak anak-anak merumuskan kebiasaan apa saja yang akan dibudayakan di sekolah. “apa ya bu?” begitu pertanyaan selanjutnya. jawab saya ” apa saja yang kamu rasa belum ada, perlu dilakukan, dan dibiasakan di Semesta Hati.

Ini hasil rumusan anak-anak :

Membuang sampah pada tempatnya,  memilah sampah,menabung, mencuci tangan sebelum makan, menghargai teman, tidak membully teman, hidup sehat dengan berolahraga, gemar membaca, ramah kepada semua anak.
Belum genap 100 sih..baru 2 kelas yg merumuskan. Berikutnya akan dilanjutkan lagi di kelas yang lain. mudah-mudahan kami istiqomah menerapkannya, dan seluruh warga di semesta kecil kami tumbuh dan  bersinar bersama : )