Penyelarasan Program Kemitraan melalui Sekretariat Bersama SeRAI

image

“Sejak bergabung di Kemendikbud baru kali ini saya merasa yakin upaya gotong royong untuk mewujudkan ekosistem dan insan pendidikan yang berbudi pekerti luhur, cerdas dan bertanggung jawab akan menjadi niscaya. Direktorat Pembinaan PKLK siap memperkuat Seknas Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) dan mengaktifkan sekretariat untuk mendukung perluasan Pokja Inklusif…”

Kutipan kalimat yang disampaikan Pak Praptono, Kasubdit Program dan Evaluasi Direktorat Pembinaan PKLK Dikdasmen dalam acara penutupan Lokakarya yang diselenggarakan di Hotel Atanaya Bali menggembirakan kami. Sebelumnya, dalam sambutan pembukaan, Bu Rena Direktur Pembinaan PKLK menyampaikan bahwa Sekretariat Bersama SeRAI-Sekolah Ramah Anak, Aman bencana-antikekerasan dan Inklusif sudah siap diaktifkan Kemendikbud dan diperkuat oleh Unicef, Save The Children, KerLiP, Pokja Inklusif, Forum SRA, Gugus Tugas KLA klaster IV, dan lembaga/forum yang menyinergikan gagasan, harapan, dan praktik-praktik baik Pemenuhan Hak Anak Atas Pendidikan, Kreativitas, dan Budaya lainnya.

Lokakarya yang disiapkan Zamzam, Tim Litbang KerLiP yang kini menjadi Tim Teknis Direktorat Pembinaan PKLK bersama Pak Faisal atas nama Direktorat Pembinaan PKLK didukung penuh oleh Konsorsium Pendidikan Bencana (KPB), Unicef, Forum SRA, dan Pokja Inklusif. Acara ini menghadirkan beberapa narasumber dan fasilitator serta mitra-mitra pegiat SeRAI dari Kempppa, Kemkes, Kemenag, BNPB dan mitra dari berbagai pelosok nusantara.

Ketegasan Bu Rena gayung bersambut dengan semangat dan kesungguhan para pegiat yang bekerja di lembaga masyarakat, Pokja dan mitra pembangunan jnternasional. Inisiatif ini mempererat persahabatan kami sejak Wamendiknas bersama Wamenpu, Kepala BNPB, Kemenag, Kempppa, Kemdagri, dan masyarakat menginisiasi pembentukan Sekretariat Nasional Sekolah Aman tahun 2011. Sejak saat itu, sebagai Ketua Seknas SA dan Zamzam sebagai Sekjen SA mendapat dukungan penuh dari Bu Rena yang mewakili Kemendikbud untuk piloting SMAB di beberapa provinsi. Konsistensi Bu Rena dalam menegaskan posisi kemendikbud sejak beliau memimpin program dan kerjasama luar negeri di Setdijen Dikdas serta pengalamannya bekerja di pendidikan kejuruan menjadi modal dasar yang sangat bermakna dalam penyelarasan program kemitraan yang terus menguat ini.

Penguatan Budaya Inklusif

image

Ajakan Bu Muftiah Yulismi untuk terbang dari Bandung bersama Teh Yuyun dari Bilic menggembirakan. Semangat perubahan yang dimotori pegiat Pokja Inklusif kota Bandung ini memberikan warna tersendiri. Ia mengajak multipihak untuk bergegas melembagakan inisiatif baik ini di Jawa Barat dan kota Bandung selepas kegiatan.Wa grup PKLK Bali yang dikelola Yanti dari Save the Children pun mulai aktif menjadi wahana berbagi praktik baik sebagai tindak lanjut dari kegiatan di Bali.

image

Semangat ini sudah sangat terasa ketika saya mengajak Bu Mufti untuk hadir dalam Rapat Koordinasi yang dilaksanakan di Disdik Provinsi Jawa Barat pada 22 Desember 2015. Kegiatan ini dilaksanakan setelah peluncuran Gerakan Keluarga Peduli Pendidikan Bersinar di SLBN Cicendo oleh Ketua P2TP2A Jabar yang dihadiri Kabid PKLK Disdikprov Jabar, Kadisdik Kota Bandung, Asda I Pemkot Cimahi,GSB Bersinar SMPN 11 dan GSB MeSRA SMAN 15 Bandung didukung penuh oleh Direktorat Pembinaan PKLK Dikdasmen. Forum SRA kota Bandung yang kami rintis bersama SMAN 15, SMPN 11, SDN Merdeka di SMKN 3 Bandung pun mulai disinergikan saat saya diundang Pokja Inklusif untuk menyampaikan Gerakan Sekolah Ramah Anak di Universitas Telkom. Sinergi ini terus berlanjut dalam kegiatan Roadshow SMAB yang kami laksanakan bersama WVI, Save The Children Plan, GSB Bersinar SMPN 11, KerLiP Bandung dan SMK Multimedia Telkom di SLBN A Pajajaran tempat bu Muftiah bekerja. Kami bertemu kembali dalam Penutupan Olimpiade Seni dan Desain yang diselenggarakan Art Therapy Widyatama yang dihadiri Mensos serta didukung Pokja Inklusif. Dukungan Bu Mufti dalam pelatihan Sekolah Aman Komprehensif yang dilaksanakan Plan Indonesia dan Tim ASEAN Safe School Innitiative dengan dukungan penuh Dinas Pendidikan Kota Bandung dan KerLiP Bandung makin mengukuhkan sinergi ini. Insya Allah penguatan budaya inklusif di kota Bandung terus menguat seiring dan sejalan dengan kampanye dan advokasi Education for All yang kami usung bersama sahabat-sahabat KerLiP sejak tahun 2002.

Catatan Bu Ninuk: Ayo…Berkolaborasi

..Ketika teman-teman tanpa hambatan memberikan tutorial pada siswa dengan hambatan, kemampuan akademis dan sosial siswa penyandang hambatan meningkat secara tajam (Bell, 1990)…

Kelas kami warna-warni. Beragam sekali, dari tingkat kemampuan akademis, kondisi psikologis, sosial ekonomi, agama, budaya. Anak-anak istimewa dengan kebutuhan khususnya melengkapi. Seru, sudah pasti. Banyak konflik, tentu. Gaduh, iya.
Kami sebagai guru terus belajar untuk mengemas, mengorkestrasi agar harmoni.
Kolaborasi jadi pilihan kami. Anak-anak reguler dengan kemampuan akademis yg lebih baik menjadi ‘tutor’ bagi temannya. Anak-anak yang punya kemampuan lain  menyempurnakan.

Jadi saat kegiatan, membuat poster misalnya, anak yg satu menuliskan pesan, anak yang lain membuat gambar dan menghias poster. Saat memilah sampah, bersama-sama mencari tahu, mana yang organik, dan non organik. Yang sudah mengerti, coba membimbing, “hai, yang bukan  itu sampah organik..”. ” Disini sampah non organik disimpan, kan plastik, tidak bisa diolah lagi”.. .Jam olahraga menjadi waktu bagi anak-anak dengan minat yang sama untuk bermain bola dengan teman-temannya, tanpa kecuali.

Ketika belajar evakuasi,anak yang reguler memikirkan kondisi temannya yang dissabilitas. Waktu belajar, kembali guru harus bisa membuat semua siswa terlibat. Suatu waktu, pelajaran Bahasa Indonesia, kelas 8,  topiknya isu sosial. Membuat mading saja ya. Setelah prolog tentang apa itu isu sosial, anak-anak bergerak membuat mading. isu-isu sosial dituliskan anak-anak yang tidak bisa ‘bicara’ dalam konteks ide membantu menempel, memberi gambar, mewarnai…

Tantangan bagi anak-anak adalah ‘melawan’ diri sendiri, untuk tidak merasa  ‘lebih’ dari yang lain, dan belajar menghargai.

competition makes us faster. collaboration makes us better.

to be continued…

Merumuskan Pesantren Bersinar di Kampung Qur’an Cendekia

Kiriman foto kunjungan ke Kampung Qur’an Cendekia dari Pak Rian mengingatkan saya pada saat-saat memukau jelang Zhuhur bersama para santrinya.  “Semua tamu yang berkunjung harus berbagi ilmu dulu sebelum keliling,” jelas ustadz yang sedang memfasilitasi anak-anak belajar anatomi tubuh manusia. “Hai anak-anak! Wah ibu jadi ingat waktu kuliah di farmasi lihat alat peraga yang sedang kalian pelajari, “seruku gembira melihat anak-anak belajar bersama di saung yang super keren. “Aku juga ingin kuliah di farmasi, Bu!” ujar seorang anak laki-laki di depanku.

Satu per satu aku memeluk dan mencium pipi kiri dan kanan santri-santri perempuan. “Saya dari Sumatera Utara, Bu,”salah seorang anak menjelaskan asalnya saat kami bersalaman. “Alhamdulillah, ibu pernah ke Tanah Karo pasca erupsi Sinabung,”tanggapku segera. Anak perempuan berkerudung coklat itu memperhatikan wajahku lekat-lekat. “Saya ingat wajah ibu! Kita pernah bertemu di posko anak, Bu,”serunya sambil kembali memelukku. Sambutan gembira anak-anak dan keramahan para ustadz, ustadzah di pesantren yang dipimpin Pak Rian memikat hatiku. Suasana sejuk dengan lansekap nan indah permai di lembah hijau Cihanjuang ini membuatku nyaman berkeliling.

“Menurut Asep, Bersih itu ditandai dengan apa?”tanyaku pada Asep, salah satu sanri.

“Tertib menjaga kebersihan, Bu,”jawab Asep lugas

“Asep tahu tentang KAA, Konferensi Asep-asep?” tanyaku lagi. Anak-anak tertawa mendengar penjelasan singkatku tentang KAA. “Ada Dr. Asep disini, Bu, “ujar Pak Rian. OPeRA di pesantren pun berlanjut. Ali menyampaikan tentang bebas polusi sebagai penanda sehat dan hijau. Aku menceritakan gaya hidup hijau yang dilakukan anak-anak dan sobat muda KerLiP Bersinar di berbagai sekolah. Al kindi sampai menjawab semua bangunan bercat hijau sebagai penanda pesantren hijau.  Anak-anak  makin antusias.

“Pak Rian, Ramadhan nanti buka pesantren keluarga ya,”kataku sambil berjalan mengikuti Pak Rian. Bangunan asrama dan tempat tinggal Pak Rian yang terbuat dari bambu sangat kontras dengan gedung untuk masjid yang sedang dibangun di bawah. “masjid itu sumbangan MAWI, Bu. Pesantren kami menambah dana untuk memperkuat agar masjid tersebut dapat diperluas untuk kebutuhan santri dan jamaah shalat di perumahan. Di sana ada Darul Muthmainnah yang dipimpin teh Ninih Aa Gym, “jelas Pak Rian sambil menunjukkan beberapa fasilitas menarik di Kampung Qur’an Cendekia. Tebing tanah di sudut kiri pesantren menarik perhatianku. “bagian itu pernah longsor, Bu,”ujar Pak Rian sambil menunjuk bagian yang longsor. “Ayo kita undang Puskim untuk memberikan masukan perkuatan agar tidak terjadi longsor lagi. Anak-anak bisa diajak untuk lakukan Cara Asyik cari Tahu mitigasi dari longsor, “imbuhku sambil mendokumentasikan beberapa sudut pesantren.

Adzan zhuhur terdengar dari saung belajar anak-anak. kami pun bersiap shalat zhuhur berjamaah.