Tak Ada Rotan, Akar pun Jadi

Rasanya peribahasa ini sangat pas mencerminkan upaya advokasi yang dilaksanakan bersama Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kami mengawal usulan draft Peraturan Presiden tentang Gerakan Sekolah Ramah Anak sejak awal tahun lalu. Perwakilan dari Kemdagri dan Bappenas dengan gigih mendorong kami untuk memastikan inisiatif ini muncul dari Kemdikbud. Alhamdulillah, Dirjen Dikdasmen menyusun draft Perpres berjudul Gerakan Sekolah Ramah Anak yang sudah sampai ke meja Mendikbud. “Draft Perpres hanya berisi pelembagaan Tim Pengembang, Bu, “kata Krisna saat kami bertemu di depan ruang Mas Chozin. Usulan perpres sepenuhnya dari Dirjen Dikdasmen, kami bersama 13 K/L menyusun juknis yang menjadi lampiran draft perpres tersebut dan Modul TOT sesuai permintaan Ditjen Dikdasmen.

“Kampanye dan penerapan sekolah aman ini terintegrasi dalam Gerakan Sekolah Ramah Anak yang diinisiasi Kementerian PPPA dengan pengawalan Bu Yanti, “petikan sambutan Bu Suharti, direktur dari Bappenas yang baru menjabat sebagai Kepala Biro PKLN dalam Kongres Nasional Sekolah Aman di Gedung A Kemdikbud akhir tahun 2015 yang diselenggarakan Plan Internasional dkk.

Darurat Kekerasan dan Radikalisme

Peristiwa pemulangan ex Gafatar setelah insiden mematikan di depan Sarinah menggantikan darurat asap yang mulai sirna diterpa hujan. Sekolah Aman Asap yang disiapkan Kemdikbud bersama ITB tertunda sejenak. Kemudian digantikan isu kekerasan terhadap anak dengan rencana hukuman kebiri bagi pelaku kejahatan seksual anak yang menimbulkan pro kontra. Sekolah Aman-Anti Kekerasan pun muncul dan terus menguat setelah Rapat Terbatas yang dipimpin Presiden.

Rencana peningkatan Permendikbud no 82 tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Terhadap Anak di Sekolah menggugah kesadaran baru. Harmonisasi antara draft perpres Gerakan SRA dan inisiatif ini perlu dikawal bersama. Zamzam dan saya memfasilitasi pertemuan Deputi Tumbuh Kembang Anak dengan Dirjen Dikdasmen 2 minggu yang lalu. Upaya untuk bertemu Mas Hikmat, staf khusus Mendikbud tak kunjung tiba. Koordinasi yang dilaksanakan Menko PMK mempertemukan Bu Elvi, Asdep Pemenuhan Hak Anak Atas Pendidikan Kreativitas, dan Budaya dengan Staf Ahli bidang hukum Mendikbud Ibu Catharina. Kabar terkini ini mendorong saya untuk hadir dalam Diskusi Sekolah Aman-Anti Kekerasan yang dilaksanakan Kemendikbud di Hotel Centuri.

Sekolah Sebagai Taman

Pertemuan dengan Mas Chozin, staf khusus Mendikbud bidang pemangku kepentingan yang menjadi moderator diskusi saya manfaatkan untuk mempertemukan Ibu Leny dengan Ibu Catharina melalui Mas Chozin. Kami akhirnya bertemu kemarin dengan staf ibu Catharina di ruang Mas Chozin. Bu Leny memaparkan ratifikasi KHA dan pelembagaannya di Indonesia dalam pengembangan KLA. Semangat perubahan yang dibawa dalam gerakan SRA sebagai salah satu indikator KLA terasa sekali dalam paparan beliau. Mas Chozin meresponnya mulai dengan menjelaskan penanaman budi pekerti.

image

Saya mencatat semuanya untuk bahan revisi modul yang diminta Direktur PSMP, Pak Supiono selepas diskusi Sekolah Aman-Anti Kekerasan. Kepandaian Mas Chozin menjalinnya ke dalam paradigma pendidikan sebagai gerakan membuat saya makin semangat. Data-data yang muncul dalam neraca pendidikan daerah dan jendela pendidikan selaras dengan kampanye dan advokasi Education for All yang kami usung sejak 2002. Videografis renstra yang disebar online menyajikan peta pikiran dengan suara khas Mendikbud.

Bu Leny menjanjikam untuk mengirim semua berkas terkait paparan beliau untuk bahan harmonisasi perpres.yang diusulkan Mendikbud.

Pertemuan Karena Allah

Ada peristiwa menarik sebelum bertemu Mas Chozin. Saya mengenal suara penerima telpon dibalik kaca tempat saya mojok di perpustakaan kemdikbud. Langsung saja saya kirim pesan ke wa si empunya suara. Dan benar, Mas Rizal tengah berkumpul bersama para protokoler dan fotografer menunggu Mendikbud yang sedang menerima Komnas Perempuan. Terbersit keinginan untuk bertemu Mendikbud.

Saya kembali mengirim wa ke Mas Rizal setelah pertemuan dengan Mas Chozin selesai. Tak ada jawaban. Saya menghubungi Mas Hikmat untuk menyampaikan bahwa akhirnya kami bertemu dengan Mas Chozin dulu, namun masih memandang perlu bertemu langsung dengan Mas Hikmat dan Bu Catharina. Kemudian saya mencoba menelpon Mendikbud, ternyata pulsa habis. Baru saja memutuskan untuk pergi, terlihat Mendikbud berjalan diiringi tamu-tamu kehormatannya. Kami sempat bersalaman dengan hangat.

Tamu kehormatan yang entah siapa itu diantar Mendikbud sampai ke depan pintu mobil yang menjemput mereka. Saya memutuskan untuk menunggu sejenak di depan gerbang. Alhamdulillah tersampaikan juga perkembangan advokasi SRA dengan inisiatif beliau. “Good idea, ” katanya ketika mendengar usulan saya untuk menamai perpres ini dengan Sekolah Sebagai Taman.

Kabar GeMBIRA ini langsung saya sebar dengan berbagai versi ke media-media sosial dan grup yang relevan. Teriring doa semoga tidak berhenti hanya ide baik tapi menjadi penanda baru dalam upaya advokasi pemenuhan hak pendidikan anak di Indonesia. Saya menutup kegiatan di Senayan dengan sms langsung kepada Mendikbud untuk memperkuat obrolan selintas pendidikan ramah anak.

Mas Anies yb, terima kasih ya, senang dan bangga menyaksikan semua perubahannya. Saya intens mendampingi Bu Renani dg kasubdit-kasubdit beliau kecuali Pak Sanusi. Penuh harap inisiatif reformasi birokrasi melalui pembentukan Sekretariat Bersama di Cipete dapat menjangkau anak-anak yang memerlukan pendidikan khusus dan layanan khusus. Mohon dukungannya utk harmonisasi SRA ke dlm Permendikbud 82/2015 plus 23/2015 dan 55/2015. Selamat bekerja. Syukron. Jazilan.