Menjadikan Rumah Sekolah Kehidupan Bagi Anak Kita

“APAPUN SEKOLAHNYA, YANG PENTING ORANG TUANYA!”

Sebagus apapun sekolah anak-anak kita, sama sekali bukan jaminan untuk menjadikan anak kita sholih dan sholihah, anak yang berakhlak mulia.

KELUARGA ADALAH SEKOLAH KEHIDUPAN YANG SESUNGGUHNYA.

Ayah bunda adalah guru pertama dan utama ananda.
Adalah sebuah kemustahilan jika kita mengharapkan anak-anak kita “cerdas berakhlak mulia” sedangkan ayah bunda :

● sering bertengkar
● sering marah-marah
● sering berkata kasar
● sering membiarkan

Ayah bunda adalah PANUTAN ananda. Tidak sedikit anak-anak yang ingin menjadi seperti orangtuanya.
Ayah bagi seorang anak laki-laki adalah role model, sedang bagi anak perempuan Ayah adalah “first love” mereka.

Bunda… Terlebih seorang Bunda, baik anak laki-laki dan perempuan banyak yang menjadikan sosok bundanya sebagai “malaikat pelindung”.

Bukan rahasia lagi, para ulama dan orang bijak terdahulu jika mendapati anaknya berbuat kurang baik, berkata tidak jujur, sulit diatur… maka mereka pertama akan menyalahkan diri mereka sendiri, bahkan menghukum diri mereka sendiri…

Kenapa anak-anak saya bisa seperti ini?

Apakah saya telah berbuat dosa?

Apakah ada makanan haram yang saya berikan untuk anak-anak saya?

Ayah
Bunda
Mari bersatu dan rebut kembali hak prerogratif sebagai GURU KEHIDUPAN. Guru yang akan terus mendapatkan doa dari anak shalih dan shalihah titipan Ilahi. Guru yang tidak hanya mengantarkan anak-anak menjadi sarjana, tapi lebih jauh mengantarkan mereka masuk ke gerbang Surga.

Literasi Bencana untuk Perempuan

Satu per satu lembar timbali balik berjudul Pengurangan Risiko Bencana itu ditunjukkannya kepada hadirin. “Ayo kita buat yang seperti ini untuk belajar bersama di rumah. Tahun ini, BNPB memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana dengan mengusung tema Perempuan Guru Siaga Bencana, Rumah Sebagai Sekolahnya. Kita bisa membuat lembar timbal balik yang lebih sederhana termasuk untuk memahami Sistem Perlindungan Anak, “ujar perempuan yang sering dipanggil dengan nama YantiKerLiP tersebut. Rumah KerLiP mengajak para perempuan untuk memulai mengaktifkan literasi bencana pada Hari Perempuan Internasional, 8 Maret 2019.

Perempuan Guru Siaga Bencana

Lembar timbal balik, ular tangga, game board, buku, lagu dan gerak adalah ragam media pembelajaran literasi bencana di Rumah KerLiP yang terkumpul selama aktif berjejaring di tingkat nasional. Para perempuan yang hadir setiap #jumatbarokah di Rumah KerLiP sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang mengantar dan menunggu anak-anak pulang dari sekolah. Dua di antaranya adalah kader posyandu RW 05 Dago.

“Mendorong perempuan menjadi guru siaga bencana memerlukan pendekatan khusus. Rumah KerLiP Bandung hadir di tengah-tengah pemukiman padat dan dekat dengan SD dan MI. Lebih dari 10 tahun, kami menggiatkan pendidikan pengurangan risiko bencana secara nasional. Alhamdulillah sekarang tersedia ruang yang lebih nyaman untuk membangun budaya sadar bencana di lingkungan sekitar. Sejalan dengan prakarsa BNPB untuk mendorong perempuan sebagai guru siaga bencana, kami memanfaatkan JumatBarokah untuk tempat belajar PRB bagi para perempuan terutama ibu-ibu sambil menunggu anak pulang dari sekolah, “ujar Fitry, pengelola Rumah KerLiP.

Proses Pembelajaran

Seperti biasa, kegiatan #JumatBarokah diawali dengan makan siang bersama.Nasi tutug oncom ayam dan karedok menjadi makanan favorit hadirin. YantiKerLiP menyajikan materi PRB dengan lembar timbal balik sebagai media. Obrolan seputar pentingnya perlindungan anak pun kembali menghangatkan suasana belajar di Rumah KerLiP. Lagu dan gerak bbmk dengan nada lagu potong bebek angsa menambah kegembiraan hadirin belajar bersama.

Kalau ada gempa lindungi kepala
Kalau ada gempa ingat bbmk
Tidak berlari
Tidak berisik
Tidak mendorong
Dan tidak kembali

Tidak berlari
Tidak berisik
Tidak mendorong
Dan tidak kembali

Kegiatan diakhiri dengan pendampinga pendaftaran giat #SiapUntukSelamat di https://siaga.bnpb.go.id

Bersiap Merintis Asmara di Wonosobo

Masih ingat akronim Asmara yang saya bagikan selepas mengikuti kegiatan fasnas SRA santai di Bandung? Tadi siang, Pak Hadi dan kepala sekolah lainnya yang mengikuti rakor evaluasi KLA melalui SRA di Aula Bappeda Wonosobo menyambut antusias ajakan saya untuk merintis Asmara-Asosiasi Sekolah Madrasah Ramah Anak. Sudah MeSRA tambah Asmara ya. Insya Allah untuk mendorong kelekatan hubungan kasih sayang di keluarga yang siap unjuk peduli pendidikan anak merdeka, bermutu, dan bebas pungutan.

 

Kritis dan Tetap Santun

Pak Hadi terlihat sangat antusias menunjukkan kesadaran kritisnya untuk menularkan semangat pembaharuan yang luar biasa. “Sekolah kami berjuang sendiri untuk memperoleh predikat Sekolah Adiwiyata Nasional. Saya mengeluarkan ongkos sendiri saat menerima sertifikat penghargaan tanpa seremonial yang megah, “kata Pak Hadi, salah satu kepala sekolah rintisan SRA di Wonosobo.

Semangat Pak Hadi, bu Ranti Mbak Lintang, Pak Heru, Bu Umi Bu Siti Fatimah, Bu Endang saat menanggapi hasil evaluasi SRA yang disampaikan Bu Erna, arahan Pak Haris dari Bappeda, dan paparan saya selaku Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak menjadi modal kuat untuk tumbuh bersama Sigap KerLiP Indonesia. Saya mengajak Bapak/Ibu Kepala Sekolah dan Disdik Kabupaten Wonosobo untuk merintis Asmara dari Wonosobo ke tingkat global. Saya mulai dengan mengajak peserta rakor tersebut melaksanakan Giat Edukasi Ramah Anak, Sehat, Hijau, Inklusi, Aman Bencana di Keluarga-Gerashiaga– untuk memperkuat komponen utama SRA yang kelima dan keenam.

Kepala Sekolah perintis SRA diharapkan segera mengarahkan guru-guru untuk memberikan pekerjaan rumah kepada murid mereka. Ada 5 langkah memulai Gerashiaga pada Sepekan Aksi MeSRA:

  1. Anak-anak bersama ibunda melaksanakan simulasi evakuasi mandiri di rumah pada Hari Kesiapsiagaan Bencana 26 April 2019.
  2. Selanjutnya anak-anak membuat vlog atau papan mimpi untuk disajikan anak di hadapan ayah bunda tercinta pada Hari Pendidikan Nasional di sekolah/madrasah.
  3. Beningnya nurani anak dalam menyajikan gagasan, harapan, dan impian anak-anak diharapkan menggugah kesadaran kritis orangtua dan guru kelas untuk mendengarkan dan menanggapi dengan sungguh-sungguh dalam upaya mengedepankan kepentingan terbaik anak
  4. Orang tua pun diharapkan membentuk paguyuban orang tua di kelas untuk anak lebih cerdas berkarakter (Potluck).
  5. Kemudian kegembiraan anak ini ditanggapi menjadi Rencana Aksi MeSRA setiap Potluck

Jika seluruh satuan pendidikan di Wonosobo melaksanakannya, maka Gembira bersama KerLiP di Hari Pendidikan Nasional pun niscaya akan menjadikan 100% sekolah/madrasah di Wonosobo MAU menuju Sekolah Ramah Anak. Insya Allah Disdikbud Wonosobo akan menyiapkan SK SRA dengan lampiran daftar sekolah yang melaksanakannya dengan gembira.

Asmara pun terjalin memperkaya Sepekan Aksi MeSRA di Wonosobo

 

Bismillah tawakkaltu alallah.