Bulan Aksi MeSRA Segera Tiba

Keluarga Peduli Pendidikan (KerLiP) memulai kampanye dan advokasi pemenuhan hak atas pendidikan di Bandung dan sekitarnya pada 6 April 2002 dalam bentuk Pesta Pendidikan Keluarga Teladan atau Pekan. Pelaksanaan Pekan sejalan Week of Action yang diprakarsasi Global Campaign for Education (GCE). “Guru dan orangtua SD Hikmah Teladan memeriahkan Pekan dengan membuat slogan-slogan pendidikan untuk Pawai Damai Artistik di sekitar Gedung Sate. Kami juga menggelar sekolah terbuka di lapangan rumput depan museum perangko sebelum membuka panggung gembira bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Saung Angklung Ujo melengkapi kegembiraan anak-anak yang melaksanakan pawai dengan menggunakan pakaian daerah. Sungguh menyenangkan dan tak terlupakan, “ujar Yanti Sriyulianti yang juga menyampaikan tentang teguran yang diterima perkumpulan yang didirikannya karena anak-anak berpawai membawa suara orang dewasa. “Teguran tersebut menghubungkan kami dengan para pegiat hak anak di Indonesia. Kami pun menyambut Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 tahun 2002 dengan gembira, “kata perempuan yang menjadi Ketua Umum KerLiP pada periode 2014-2019.

Beningnya Suara Anak

Sahabat KerLiP pun berkomitmen penuh untuk memperdengarkan suara anak dalam setiap kesempatan. Tumbuh bersama demi kepentingan terbaik anak menjadi prinsip gerakan keluarga peduli pendidikan yang sudah menyebar ke seluruh pelosok Negara Kesatuan Republik Indonesia jelang usia 20 tahun.

Tim Sigap KerLiP adalah badan otonom Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan yang dibentuk pasca erupsi Gunung Sinabung. Tim Sigap KerLiP menggelar Bulan aksi menuju Sekolah Ramah Anak (MeSRA) pada 20 April-20 Mei 2014 dalam rangkaian program GeMBIRA bersama KerLiP di Kabupaten Karo dan Kota Bandung. Tim Sigap KerLiP menargetkan ada 100 anak yang menjadi pelopor kebaikan bersama 100 ibunda dan 10 guru panutan melaksanakan Giat Edukasi Ramah Anak, Sehat, Hijau, Inklusi, dan Aman Bencana bersama keluarga (Gerashiaga) di Bulan Aksi MeSRA 20 April-20 Mei 2019.

Beningnya suara anak akan kembali diperkuat melalui 5 langkah Gerashiaga:

  1. Ananda menyiapkan Tas Siaga Bencana bersama ibunda
  2. Ananda bersama ayah, bunda, kakak, adik melaksanakan giat #SiapUntukSelamat di rumah pada Hari Kesiapsiagaan Bencana 26 April, praktik 6 langkah Cuci Tangan Pakai Sabun sebelum makan, menutup rapat keran air, sarapan sehat, halal, dan baik, diet plastik dan 3R, menghemat listrik, menanam dan merawat tanaman
  3. Ananda membuat vlog 2 menit asyiknya gerashiaga di bulan aksi MeSRA
  4. Ayah bunda mengaktifkan paguyuban orang tua kelas untuk anak lebih cerdas berkarakter (Potluck)
  5. Potluck menyimak vlog ananda dan bersama menyusun papan mimpi “Sekolah Ramah Anak idaman kita”

Ayo gerashiaga bersama 50 juta anak bangsa. Daftar daring sekarang juga di https://siaga.bnpb.go.id

Menjadikan Rumah Sekolah Kehidupan Bagi Anak Kita

“APAPUN SEKOLAHNYA, YANG PENTING ORANG TUANYA!”

Sebagus apapun sekolah anak-anak kita, sama sekali bukan jaminan untuk menjadikan anak kita sholih dan sholihah, anak yang berakhlak mulia.

KELUARGA ADALAH SEKOLAH KEHIDUPAN YANG SESUNGGUHNYA.

Ayah bunda adalah guru pertama dan utama ananda.
Adalah sebuah kemustahilan jika kita mengharapkan anak-anak kita “cerdas berakhlak mulia” sedangkan ayah bunda :

● sering bertengkar
● sering marah-marah
● sering berkata kasar
● sering membiarkan

Ayah bunda adalah PANUTAN ananda. Tidak sedikit anak-anak yang ingin menjadi seperti orangtuanya.
Ayah bagi seorang anak laki-laki adalah role model, sedang bagi anak perempuan Ayah adalah “first love” mereka.

Bunda… Terlebih seorang Bunda, baik anak laki-laki dan perempuan banyak yang menjadikan sosok bundanya sebagai “malaikat pelindung”.

Bukan rahasia lagi, para ulama dan orang bijak terdahulu jika mendapati anaknya berbuat kurang baik, berkata tidak jujur, sulit diatur… maka mereka pertama akan menyalahkan diri mereka sendiri, bahkan menghukum diri mereka sendiri…

Kenapa anak-anak saya bisa seperti ini?

Apakah saya telah berbuat dosa?

Apakah ada makanan haram yang saya berikan untuk anak-anak saya?

Ayah
Bunda
Mari bersatu dan rebut kembali hak prerogratif sebagai GURU KEHIDUPAN. Guru yang akan terus mendapatkan doa dari anak shalih dan shalihah titipan Ilahi. Guru yang tidak hanya mengantarkan anak-anak menjadi sarjana, tapi lebih jauh mengantarkan mereka masuk ke gerbang Surga.

Kisah Teladan 01: Menyelamatkan

Dituturkan kembali dari kisah teladan yang beredar di wag.

Seorang lelaki tua dengan pakaian lusuh memasuki sebuah toko untuk membeli selimut. Ia membutuhkan 5 buah selimut untuk keluarganya di musim hujan & dengan cuaca dingin. Tapi uang yang ia miliki hanya 100 ribu.

Lelaki tua tersebut sudah berkeliling di pasar tapi tidak ada penjual toko yang menjual harga 100 ribu untuk 5 selimut. Dengan langkah gontai, ia memasuki toko terakhir yang lebih megah di pasar tersebut.
“Saya membutuhkan 5 selimut… tapi saya hanya punya uang 100 ribu .. apakah bapak menjualnya ?” Tanya lelaki tua dengan suara ragu.

Pemilik toko berkata :
“Oh ada pak, saya punya selimut bagus buatan Turki, harganya juga murah, hanya 25 ribu per buah. Kalau bapak beli 4 buah akan mendapat bonus 1 buah.”

Lega…
Terpancar di wajah lelaki tua itu.
Segera ia mengulurkan lembaran uang 100 ribu miliknya.
Dengan wajah berseri sambil membawa selimut ia berlalu pergi.

Anak si pedagang yang sedari tadi duduk memperhatikan ini berkata :
“Ayah …. Koq bisa ?? bukankah kemarin Ayah mengatakan selimut itu jenis selimut termahal di toko ini, kalau tidak salah kemarin Ayah mengatakannya seharga 250 ribu per helainya..!?”

Si Ayah dari anak itu tersenyum dan menjawab :
“Benar sekali, kemarin kita menjualnya 250 ribu kepada pembeli yang lain tidak kurang sedikit pun. Kemarin kita berdagang dengan manusia. Hari ini kita berdagang dengan Tuhan.
Ayah ingin keluarga Bapak tua tadi dapat terhindar dari dingin di musim dingin ini
Ayah berharap Tuhan _menyelamatkan_ keluarga kita dari panasnya api neraka di akhirat nanti.
Sesungguhnya.. kalaulah tidak karena menjaga harga diri lelaki tua tadi, Ayah tidak ingin menerima darinya uang sedikit pun. Namun, ayah tidak ingin ia merasa menerima sedekah sehingga merasa malu di hadapan kita disini.”

Si Anak tersenyum mengambil hikmah atas pelajaran berharga yang diperoleh hari ini dari Ayahandanya.

Sesampainya di rumah, Sang lelaki tua disambut istrinya dengan gembira, kemudian membuka bungkusan selimut. “Darimana ayah dapat uang beli selimut mahal ini ?”
“Dari uang yg ibu kasih tadi” jawabnya sambil merebahkan diri di lantai, kelelahan.
“Tidak mungkin dg 100rb, dapatkan selimut ini, jangankan 5, satu buah aja gak dapat.”
Percakapan ini didengar anak perempuab mereja. Ia menghampiri ayahnya dab memeriksa selimut tsb.
“Ini harganya 250rb, ayaahh”
Si ayah bangkit melihat label harga yg dilihatkan anaknya.
“Sepertinya si pemilik toko salah, tadi dia bilang harganya 25rb, karena ayah beli 4, dapat bonus 1”.
Cerita sang ayah.

Semua terpaku diam…

“Besok ayah hantarkan lagi ke toko itu, jangan dipakai dulu ya” sang ibu memecah kesunyian.
“Ayah kelihatan capek, aku saja yang antar sekarang. Di toko mana ayah beli selimut ini ?” Sahut anaknya.

“Kenapa harus sekarang nak? Tadi ibu lihat kamu lagi menjahit pesanan bu Kino untuk besok” tanya ibunya

“Ibu, kasihan si pedagang itu bu, kalau nanti dia jual lagi ke orang lain dg harga segitu, soal jahitan itu, bisa saya selesaikan nanti malam, ” jawab si anak.

Sang ayah tersenyum bahagia dan bangga, kemudian menjelaskan toko tempat Ia membeli selimut.

Sang anak mengayuh sepedanya menuju pasar.

“Silahkan masuk, Nona” sapa ramah pemuda penjaga toko saat melihat gadis muda celingak-celinguk di depan tokonya.
“Maaf, Bang, tadi adakah Abang menjual selimut ini kepada seorang lelaki tua? Saya anaknya mau mengembalikan selimut ini” tanyanya.
Dari bungkusannya si pemuda sudah tahu bahwa itu memang selimut yg dijual ayahnya tadi.
“Maaf nona, apakah ada barang yg rusak? Saya akan ganti dg yg lain”, sahutnya.
“Oh, tidak, saya mau mengembalikan selimut in bukan karena rusak, tapi Abang salah lihat harga, di label ini 250rb, bukan 25rb.” Jawab si Nona sambi menunjukkan label harga.

Si pemuda berpikir sejenak, sambil pura-pura memeriksa selimut tsb.

“Terimakasih.. nona telah _menyelamatkan_ saya dari kerugian besar, coba bayangkan jika semua itu (sambil menunjuk tumpukan selimut) saya jual 25rb, berapa besar kerugian saya? Saya hadiahkan selimut ini untuk ayah nona.”

“Benar yg dikatakan anak saya, harap diterima kembali uang ini.” Sang ayah yg dari tadi hanya menonton, menimpali sambil menyodorkan uang 100rb ke anak tsb.

“Eee”

“Jangan menolak, Nona, ini sekedar ucapan terimakasih saja, Nona telah _menyelamatkan_ kami jauh lebih besar dari ini, bawalah selimut tsb pulang, dan tolong kembalikan uang ini kepada ayahmu.”

Saudaraku…
sungguh untuk berjual beli yang benar dengan Allah, membutuhkan seni dan akhlak yang mulia dan penuh martabat ya